Home » » Baby For Alyssa ( Part 2 )

Baby For Alyssa ( Part 2 )


Tittle :: BABY FOR ALYSSA 
Author :: Frisca Ay (IKA) 



******* 


Semenjak kejadian tadi pagi, membuat Gadis mungil ini terdiam mematung didapur khusus OB/Bagian Pelayan. Tatapan matanya kosong, masih mengingat begitu jelas saat rengkuhan itu kembali ia rasakan, kembali ia nikmati walaupun beberapa menit namun mampu mengubah seluruh pertahanannya runtuh seketika. Rasa itu ? Apakah masih ada ? Atau bahkan telah tenggelam akibat kebohongan yang selama ini dilakukan kepadanya ? Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya frustasi, kejadian kelam selalu merasuk kealam bawah sadarnya tanpa permisi. Terus-menerus memberikan efek yang sulit untuk diurai beberapa waktu agar sedikit saja ia berpikir luwes tanpa memikirkan hal itu tanpa di inginkannya, karena sampai saat ini, Ia sama sekali tidak ingin mengusik itu semua. Itu hanyalah bagian masa lalu yang buruk dan membuatnya berpikir berulang kali untuk bertemu dengan sosok itu. 

Tapi sekarang apa ? Sosok itu kembali muncul disaat ia sudah melupakan semuanya, selama 2 tahun ia mencoba dan mendapatkan hasil walaupun diawal-awal begitu susah. Ia mendesah pelan lalu melirik jam dinding ruangan, masih jam istirahat makan siang. Walaupun sudah tengah hari dan biasanya sudah membuat perutnya keroncongan tapi tidak untuk saat ini, Ia telah kenyang dengan pikiran-pikirannya sendiri. 

"Apa aku mengundurkan diri saja ?." Lagi-lagi Ia mendesah namun kali ini terdengar kasar. 

------ 

Ify mengantarkan secangkir kopi ke sebuah ruangan yang disebut-sebut sebagai pemimpin Perusahaan tempat ia bekerja sekarang. Yah ! Hari ini adalah hari pertamanya untuk diuji coba selama seminggu sebelum benar-benar menjadi OB di Perusahaan ini. 

Ify mengetuk pintu, namun tidak ada yang suara yang menyuruhnya masuk. Dengan nekat, Ify pun membuka pintu itu dan berjalan pelan menuju meja sang Pemimpin lalu meletakkan secangkir kopi wangi yang baru saja ia buat. 

Ify pun langsung berbalik badan untuk segera kembali, tapi dia seperti menubruk sesuatu yang begitu dekat dengannya. "Apakah ini bosnya ?." 
Ify tertegun lalu mendongak karena orang itu begitu tinggi darinya. 


"IFY ?." Ucap Orang itu seraya tersenyum lebar, sedangkan Ify ? Dia syok dan mundur beberapa langkah. 


"Kau benar-benar Ify kan ? Astaga Ify, Aku merindukan mu." Secepat kilat orang yang dihadapannya itu merengkuh Ify begitu saja, dan Ify ? Dia benar-benar tidak habis pikir dengan acara kebetulan ini. 


Ify langsung tersadar dan mendorong kasar Pria yang kini memeluknya. "Lepaskan Aku." Bentak Ify tajam 

"Ify ? Kau kenapa ? Tidak kah kau merindukan ku ?." Pertanyaan itu begitu muak didengar oleh Gadis didepannya ini. Tanpa ingin menjawab Ify pun langsung melangkah menuju pintu untuk pergi, namun sial !! Ia kalah cepat dan sekarang ? Tangannya benar-benar sempurna digenggam oleh Pria itu. "Ku mohon, jangan lagi menghindar." Kini nada bicara Pria itu setulus hati memohon. "Maaf untuk semua kesalahan ku diwaktu lampau." Sambungnya, mampu membuat Ify menutup matanya. 


"Tak ada niat sedikit pun untuk ku berbohong, itu semua ku lakukan unt.....," 


"Tidak ada lagi yang perlu dibahas dan diperjelas," Potong Ify, bukan karena apa ! Ia hanya tidak ingin terlihat lemah dihadapan Pria didepannya ini. Ia ingin membuktikan bahwa ia bisa dan kuat, bukan sosok yang lemah seperti dulu. "Semua yang terjadi dulu, biar menjadi hal yang tidak perlu lagi untuk dikorek ulang." Desahan nafas Ify memburu begitu sesak didadanya jika terus berlama-lama disini. 


"Ify.. Ak..Aku." Pria itu seperti kehilangan wacana akan kalimat selanjutnya yang ingin ciptakan. "Biarkan aku melangkah dengan kaki ku sendiri, tanpa harus membebankan orang lain lagi. Jadi ku mohon, lepaskan tangan ku sekarang juga." Ucap Ify berusaha sebiasa mungkin, padahal hatinya sekarang ini benar-benar sakit untuk sekedar berucap jangankan hanya ingin berucap, untuk menatap mata elang dihadapannya ini saja susah. 

Perlahan genggaman itu mulai mengendur dan sempurna dilepas. "Terima kasih atas kemurahan mu melepas ku, perlakukanlah aku sebagaimana mestinya Atasan kepada Bawahan tanpa ada pengecualian, Permisi." Ify mulai membuka pintu. "Bagaimana pun juga, aku tidak akan melakukan hal yang sama seperti yang kamu katakan IFY ! Kau adalah Kekasih ku, dan selamanya akan terus begitu !." 

"Tidak, status itu hanya berlaku diwaktu lalu," potong Ify cepat. Pria itu mengacak rambutnya frustasi akan sikap Ify yang ia kenal dulu dengan sekarang benar-benar berubah 180 derajat. "Kau tetap Kekasih ku Ify ! Baik itu dulu maupun sekarang bahkan selamanya. Aku terus mencari mu Ify ! Mencari mu selama 2 tahun ini tanpa lelah. Tapi sekarang ? Tuhan berkata lain dan justru kau yang kembali pada ku walaupun tidak secara langsung." 


Ify tersenyum sinis lalu menatap mata Pria dihadapannya. "Ku harap tarik kembali ucapan mu itu, karena sedikitpun aku tidak mempercayainya. Kepercayaan ku musnah disaat kebohongan itu terbongkar." Ify langsung membuka pintu lalu menutupnya dan berlari menuju Toilet untuk menumpahkan seluruh kesedihannya disana. Ia sempat medengar erangan keras begitu frustasi tadi saat Ia meninggalkan ruangan itu, Ify tahu dan sangat tahu Pria itu bersungguh. Tapi otaknya berontak mati-matian untuk menolak semua ucapan Pria tadi, tidak ingin mempercayainya. 

"Maaf, Aku masih belum menerima semuanya. Hatiku masih terlalu rapuh untuk di cecap kembali." Gumam Ify disela-sela tangis laranya. 


---------- 

Masih saja kejadian tadi pagi memutar diotaknya ? Ya Tuhan, apakah tidak ada pikiran lain selain kejadian tadi pagi. Ia beranjak menuju tas kecilnya, akan mengambil obat Pusing agar pikirannya kembali bersahabat. 

Ify mengernyit saat tangannya yang asyik merogoh tas kecilnya itu menemukan sesuatu. Memang, sejak kejadian kemarin ia melamar disini setelah pulang kerumah kontrakannya Ia langsung meletakkan tasnya itu asal dikamar tanpa menyentuh di dalamnya. Baru inilah ia menyentuh barang-barang didalam tas itu, dan sekarang menemukan barang asing didalam tasnya. Ia menarik pelan, lalu terbelalak saat membaca sekilas namun Ia yakini itu asli. Sebuah Cek ! Cek Uang !! 

"Lima Puluh Juta Rupiah" 

Tiba-tiba saja Ia terhuyung, mendapati kepalanya sekarang bertambah pusing saat mendapati cek dengan nominal uang sebesar itu baginya. Otaknya kembali berputar, darimana Ia mendapatkan Cek ini ? Setahunya dia tidak pernah mempunyai uang sebanyak ini. Di bacanya kembali Cek itu dan menemukan sebuah nama seseorang, kembali otaknya berpikir. 

"Jangan-jangan.....," Ia menggantungkan kalimatnya lalu merogoh kembali tasnya, mengambil dompet dan langsung Ia buka. "Dapat." Kini Ia memegang sebuah kartu nama dan kembali Ia cocok kan nama dikartu itu dengan di Cek, Ia mendesah kasar. 
Apa-apa'an ini ? Kenapa cek orang ini bisa nyasar sembarangan kepadanya ? Ketakutan berkelabat dibenaknya, jika orang itu mencari ceknya ini bagaimana ? Lalu melaporkannya pada polisi ? Atau bahkan nantinya Ify yang masuk kantor polisi atas tuduhan pengambilan Cek Uang. Astaga ! Ia menggelengkan kepalanya kasar. Tidak ! Ini tidak boleh terjadi, kenapa masalah satu belum selesai ? Dan kini Ia ditimpa masalah yang lebih besar dari sebelumnya ? 


"Aku harus menemuinya sepulang kerja." Gumam Ify mantap. Memasukkan kembali benda asing itu kedalam tasnya dan kembali bekerja. 

Tak tahukan Ify ? Sebuah Cek itu bisa saja tidak bisa dicairkan, jika pihak yang bersangkutan memberitahu kepada Bank yang bersangkutan. Untuk tidak mencairkan Cek tersebut 

********* 

Pria ini melangkah pelan kearah lift, lalu menekan tombol yang menghubungkannya agar langsung kelantai paling atas. Hanya menunggu sekian detik, pintu Lift pun kembali terbuka lalu Ia melangkah menuju sebuah ruangan pribadinya, bukan ! Itu bukanlah ruangan pribadi kerja. Tapi sebuah ruangan yang di desain khusus untuk seorang Bayi mungil, Clara ! Putri kecilnya. 


Ia mendengar suara gaduh didalam sana, "sebegitu nakal kah Clara ? Sehingga membuat para pelayannya bersuara gaduh seperti ini ?." Gumamnya bingung, namun kembali Ia melangkah dan segera ingin membuka pintu itu. Baru akan memegang knop pintu, Ia dibuat Kaget oleh seorang pelayan yang keluar dari ruangan itu dengan nafas yang terengah-engah. Pria itu menatapnya bingung... 


"Tu..Tuann," sapanya lalu menunduk seraya pinggang saat mendapati Tuan besarnya ada didepannya. 

"Kenapa kalian begitu Gaduh di dalam ? Apakah Clara berbuat sesuatu ?." Pelayan itu menggeleng cepat. "Tidak Tuan," Jawab sang pelayan perempuan setengah baya itu. Kembali tuan besarnya mengernyitkan dahi. "Lalu ?." Tanyanya lagi merasa tidak puas akan jawaban pelayannya ini. 

Pelayan itu mengatur nafasnya lalu kembali berkata. " Nona sejak kejadian kemarin terus menangis dan tidak mau makan. Botol susunya saja yang selalu ia habiskan tidak sedikit pun Ia minum, malahan melemparnya. Dan saya, sebenarnya bermaksud untuk memanggil Tuan tadi. Tapi sekarang Tuan bisa lihat sendiri Nona yang masih terus menangis didalam sana." 


Tanpa basa-basi lagi Ia pun langsung masuk kedalam ruangan itu diringi oleh pelayannya dibelakang. Suara yang pertama kali didengarnya adalah suara tangisan Clara, semua pelayan yang beranggota 5 orang disana langsung membungkuk memberi salam. Ia tetap melangkah ke kamar Clara dimana putri kecilnya itu tengah manis, ia membuat jarak 1 meter dari Clara sama sekali tidak ingin mendekat. Inilah posisi yang biasanya ia ciptakan jika menemui putri kecilnya ini, Clara masih saja menangis. Membuat hatinya sakit mendengar tangisan itu.... 

*Tess 
*Tess 

Air matanya juga ikut turun melihat putrinya itu tak kunjung berhenti menangis, ingin sekali ia menggendong dan memeluk untuk menenangkan anaknya itu. Tapi Ia ingat sesuatu, sesuatu yang membuatnya tidak akan pernah bisa menyentuh apalagi memeluk atau mencium putrinya itu. Terus saja Ia meneteskan air matanya, ikut merasakan apa yang dirasakan anaknya ini. Walaupun ia tak tahu apa penyebab putrinya ini terus menangis dan bahkan tidak mau makan. Berhenti menangis jika ia sudah lelah dan tertidur dan itu terjadi semenjak kemarin, kejadian dimana Clara kabur merangkak... 

"Kau kenapa menangis sayang ?." Tanya Pria itu -Argario Tersaa- ayah dari Clara Clarissa Arga. Rio tertegun hatinya seakan tertohok sempurna, sudah sekian kali Ia melihat Clara merentangkan tangan kepadanya ingin digendong, oleh tangan seorang Ayah bukan Pelayannya. Yah ! Rio tahu itu.. Tapi ada hal, hal yang membuatnya tidak bisa melakukan itu. Berbagai kelabat pertanyaan mulai memutari otaknya. Sampai kapan ia terus seperti ini ? Akankah saat Clara mulai tumbuh besar, Ia akan terus menjauhi putrinya ini ? Harus menciptakan jarak lagi ? Benarkah itu ? Ia tidak ingin memikirkan itu semua, yang terpenting. Ia bisa melihat Clara setiap saat walaupun tanpa menyentuhnya. 

Rio juga ingin sebagai Ayah normal, bisa mencium, memeluk dan menggendong sekaligus menjaga clara setiap saat. Ingin menikmati Aroma khas bayi Clara, dia begitu menginginkan itu semua. Tapi lagi dan lagi, ada sebuah pembatas disana tak akan bisa ia menembusnya kecuali satu hal, Nekat ! 

"Apakah kau lapar ? Iya ? Kau lapar sayang? Ayah akan memanggilkan pelayan mu." Ucap Rio berusaha tersenyum, Ia berbalik badan menghapus air matanya. "Lekas buatkan botol susu untuk Clara." Perintah Rio tanpa menunggu lama botol susu pun sudah disediakan, Pelayan mulai mendekati Clara dan akhirnya Clara pun mau meminum susu botolnya tapi pandangannya tetap mengarah pada Rio yang diam mematung dari jarak 1 meter. 

"Ternyata kau menginginkan Ayah ya ?." Gumam Rio miris. "Ayah akan disini sampai kau menghabiskan susu mu, tenang ya." Sambungnya seraya tersenyum kearah Clara. 


Beberapa menit kemudian Clara akhirnya tertidur, Rio menghela nafas lega. Ia masih tetap berdiam disana memperhatikan sosok mungil yang tertidur pada kasur berukuran sedang yang dipenuhi dengan boneka berbulu tebal. Rio tersenyum miris, "Maafkan Ayah Clara," 


Seorang pelayan mendatangi Rio. "Tuan, di lobby ada yang ingin bertemu Tuan." 

"Siapa ?." 

"Seorang perempuan, dia bilang yang menemukan Nona kemarin Tuan." Rio mengangguk. "Hubungi Resepsionis, gunakan Intercom ruangan ini saja. Antar dia keruangan ku, beberapa menit lagi aku akan datang." Rio kembali memandangi Clara. 

"Baik Tuan." Jawab sang pelayan lalu menghubungi resepsionis seperti perintah Tuannya tadi. 


******* 


Ify mengedarkan seluruh pandangannya disetiap sudut lalu bergumam takjub, kantor ini lebih bagus dibandingkan kantor tempat Ia bekerja. Apalagi ruangan pemimpin ini ? 3 kali lipat lebih menakjubkan dari ruangan pemimpinnya ditempat kerja. Apa ? Pemimpinnya ? Ia bisa saja menganggap sosok itu pemimpinnya di tempat kerja, dan Ia berharap sosok itu menerimanya juga, bahwa Ify hanyalah sebagai pegawai disana. 


Ify mendesah pelan, digenggamnya erat tali tas tecilnya itu. Baju santai yang ia pakai sepulang dari tempat kerja begitu menampakkan sekali Ia bukanlah tamu penting, hal layaknya seperti gembel. 

Pintu ruangan dibuka, Ify terperanjat lalu menoleh kearah Pintu. Benar saja, sosok tampan yang kemarin ia sebut dengan 'Ayah GILA." Benar - benar ada dihadapannya. Ify menelan ludah susah, kenapa Ia mati kutu begini ? Perasaan kemarin, dia tidak bersikap kaku seperti ini. 


"Kau ? Nona yang kemarin ?." Tanya Pria itu, Ify mengangguk pelan. "Duduklah." Suruh Rio, mau tak mau Ify pun duduk dikursi tamu dan Rio duduk pada kursinya sendiri. 


"Kenapa kau bisa kemari ? Apa, uang kemarin sudah habis kau gunakan. Dan sekarang meminta kembali pada ku ?." Seketika itu juga, keberanian Ify kembali muncul. Refleks Ia berdiri dan membuat Rio tertegun. 

Oh, jadi pria ini sengaja memasukkan Cek itu kedalam tasnya. "Aku datang kemari untuk bertanya, kenapa Cek itu ada didalam tas ku. Bukan untuk dihina seperti ini, Sambutan yang bagus sekali Tuan Mario." Ucap Ify penuh emosi tatapan matanya tajam, yah ! Ia mengetahui nama Pria sombong dihadapannya ini bernama Mario karena kartu nama kemarin yang diberikan oleh Pria ini. 

Ify lalu meletakkan kasar pada meja kartu nama Rio beserta Cek dihadapan Rio. "Aku tahu aku orang miskin, Tapi bukan seperti ini caranya. Merupakan hal buruk telah bertemu anda," Ify lalu berbalik dan akan pergi dari tempat itu. 

"Maaf aku telah berburuk sangka kepada mu, aku tidak berniat memperlakukan mu seperti tadi." Suara itu mampu membuat Ify berhenti tanpa menoleh, Ify mendengar derap sepatu kulit itu mendekat kearahnya. "Maafkan aku Nona, mungkin aku juga terbawa emosi. Sehingga kehilangan kontrol saat bercakap tadi, sama sekali aku tidak berniat seperti itu." Rio tertawa kosong. 

"Aku terlalu memikirkan putri ku yang terus menangis semenjak kejadian kemarin, maka dari itu aku bisa lepas kontrol seperti tadi. Aku bingung harus melakukan apa," kini Ify menoleh. "Clara ?." Tanya Ify, Rio tersenyum hangat lalu mengangguk. 

"Apakah dia sakit ?." Rio menggeleng, " aku sudah menghubungi dokter setelah kejadian itu dan memeriksa Clara, dokter bilang sama sekali Ia tidak sakit." Ify memberanikan diri, Ia telah berburuk sangka dengan orang dihadapannya ini. 

"Maafkan saya yang juga ikut emosi." Rio kembali tersenyum. 

"Panggil Aku Rio, lagi pula kau tidak salah. Siapa pun yang ku perlakukan seperti tadi pasti akan marah seperti mu." Jelas Rio. "Siapa nama mu ?." Sambung Rio 


"Stefy Missel Alyssa, panggil Ify." Ucap Ify sopan, Rio mengernyit "Alyssa ?." Ucap Rio kemudian 

"Tidak, panggil saja Ify." Jawab Ify cepat. Rio menatap Ify misterius. 'Alyssa.' 

Pelayan kembali datang menemui Rio, membuat keduanya menoleh kearah Pintu. "Tuan, Nona Clara muntah-muntah dan kembali menangis." 


Rio membelalakkan matanya, langsung menuju kearah lantai atas tempat dimana Clara. "Tunggu, aku ikut." Cegah Ify dan hanya direspon oleh Rio dengan anggukan. 



******** 

-Zariel Ltuno- Pria ini terus berdiam dimobil, matanya menatap tajam kearah kantor besar dihadapannya ini. 

Ify, gadis yang ia anggap masih menjadi kekasihnya itu, memasuki kantor ini. Yah ! Sejak tadi Iyel mengikuti Ify sampai kesini tanpa Gadis itu sadari. Karena ia ingin mengetahui dimana gadisnya itu tinggal, tapi ternyata dia tidak pulang dan malah berkunjung ditempat ini. 

"Jadi ini yang membuat mu bersikap seperti sangat jauh berbeda, sayang ?." Gumam Iyel tersenyum sinis ada kemarahan disana lalu merogoh sesuatu pada saku celananya dan menghubungi seseorang. 



TBC..... 


****** 

Ahayyy udah di post kan ya (??) :D respon.a kembali ditunggu ^.^ 
Semakin banya respon, semakin gencar juga saya nulisnya dan segera ngepost Chapt. Lanjutannya :D 


Semoga tetap baca ya.. Walaupun rada aneh -,- 
Berharap responnya makin banyak walaupun tanpa sistem tag, tapi kalaupun perlu sistem tag. Saya adakan sistem tag kok kalo Full Tag, nanti nama.a saya tag dikolom komentar. Gimana ? SUJU tidak ? *eh :D 


Oh ternyata Ayah clara itu Rio ? Rio kembali ketemu Ify ? Awalnya marah tapi udah baikan (??) Cieee RiFy baikan :3 terus2 Clara kenapa muntah (??) + sering nangis semenjak kejadian lalu (??) 


Oh yang meluk Ify itu Gabriel (??) Kenapa Gab marah gitu ya (?) Hmmmm ada apa sih masa lalu Ify sama Gab sebenarnya (??) 
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Frisca Ardayani Book's - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger