Home » » Baby For Alyssa ( Part 6 )

Baby For Alyssa ( Part 6 )


Ify langsung masuk keruangan khusus Anak, dan sedangkan Rio berkonsultasi kepada dokter bagaimana perkembangan Clara. Ify melihat bayi perempuan mungil itu sedang bermain dengan pelayannya disana, Ify tersenyum lalu menghampirinya. Para pelayan langsung pamit meninggalkan Ify dengan Clara, Ify mengangguk pelan. 

Clara menatap Ify lama, lalu menjulurkan kedua tangannya kearah Ify. Bayi itu nampak segar, sepertinya dia mulai sehat dan tidak lagi gampang menangis. "Bu..bu..bu..," Clara bergumam dengan mulut yang mengerucut, membuat Ify tersenyum gemas. Entah kenapa, sudah ketiga kalinya Ia bertemu Clara dan untuk ketiga kalinya pula Clara mengumam seperti itu dan Ify yakini itu adalah panggilan khusus Clara padanya. "Kau ingin Bubu Gendong sayang ?." Tanya Ify, mata bulat yang kini menatapnya berbinar. Refleks Ify langsung mengangkatnya dari box khusus bayi itu, "Kau sudah sehat ya ? Clara sakit dimanya sayang ?." Entah kebetulan atau bagaimana Clara seperti memberitahunya dengan cara memukul jidat Ify khas bayi yang mulai berkembang tumbuh. 

"Oh, kepala mu sakit ? Kasihan, Bubu akan menjaga mu selama kau disini. Tenang ya," Ify mengedipkan matanya, Clara tertawa lucu. "Bu..Bu..bu..," 

"Iya sayang, Bubu bersama mu." Ify mencubit hidung Clara dengan sangat gemasnya, akhirnya mereka berdua pun asyik dengan dunia sendiri. 


Rio saat itu baru ingin membuka pintu, namun Ia urungkan saat melihat dari kaca kecil pintu ruangan Clara, Ify dan Clara yang tengah asyik bermain. Rio sangat menyukai suasana seperti itu jika diciptakan keduanya entah kenapa ?. Ia terus memperhatikan mereka berdua dibalik kaca pintu, perlahan pikirannyakembali buruk jika terus memperhatikan wajah Clara. 

Tanpa pamit kepada Ify, Ia berbalik badan menuju kantornya. Karena memang seharusnya Ia bekerja hari ini, dan mungkin banyak kerjaan yang menumpuk dikantor belum lagi pertemuan-pertemuan penting dengan client. 


********** 

Alvin meletakkan berkas-berkas yang diinginkan oleh Iyel dimeja kerja lelaki itu, Iyel yang tengah mengecek hasil laporan perusahaan langsung menutup map yang ia pegang dan meletakkannya. Alih-alih Ia mengambil berkas-berkas yang tadi diletakkan Alvin dimejanya, Iyel tersenyum. Sedangkan Alvin, duduk dihadapannya dengan wajah datar tanpa ekspresi. 


"Kau memang bisa diandalkan Alvin." Akhirnya Iyel bersuara. "Dan waktu yang telah ku targetkan untuk penyelesaian ini, ternyata dengan mudahnya kau selesaikan tanpa menghitung hari." Puji Iyel seraya tersenyum 


"Itu sudah pekerjaan ku, apalagi yang kau minta hanya hal sepele itu. Membuat ku tidak perlu repot-repot membedah seluruh akses dokumen mu." Alvin beranjak, Iyel mendongak. "Kau begitu mencintai gadis mungil itu ?." Tanya Alvin, Iyel tersenyum miring. "Tanpa ku jawab, kau bisa menelaah sendiri dari gerak-gerik ku yang tidak pernah menyerah untuk mendapatkannya." Alvin kembali duduk merasa tertarik dengan gadis mungil yang begitu dicintai oleh seorang Zariel Ltuno. Pandangan Iyel menerawang sebelum kejadian 2 tahun yang lalu, kejadian dimana Ia telah mengimpikan akan hidup bahagia bersama gadis itu. 

"Dia cinta pertama ku Vin." Sambung Iyel nada yang Ia ciptakan begitu lirih dan membuat Alvin meneguk ludahnya susah. Karena inilah Seorang Zariel Ltuno yang asli, seorang Zariel yang lemah lembut kesiapa saja dan sama sekali tidak memandang seseorang dari segi fisik maupun materi. Ia selalu memperlakukan semua orang sama, Inilah Zariel yang dulu. "Tapi semuanya hancur, karena Gadis koma itu. Dia merampas semua kebahagiaann ku, dia merampas semua mimpi ku dengan Ify. Dia datang membuat aku dan Rio terus berperang dingin seperti ini." Nada ungkapan Iyel berubah menjadi kemarahan dan kebencian yang mendalam. 

"Aku yakin, Rio ingin mencelakakan Ify. Aku tidak ingin itu terjadi Vin, tidak sama sekali." Alvin hanya bisa menatap Iyel yang sebenarnya lebih terluka. Karena dialah, dialah yang posisinya begitu tertekan dan selalu mendapat guncangan batin. Membuat dirinya menjadi pribadi yang bertolak belakang dari pribadi aslinya yang penyayang dan lemah lembut, Iyel menunduk. "Kau bisa pergi Alvin." 

"Aku akan selalu membantu Yel, apapun yang kau mau. Kau bisa menghubungi, kalau begitu aku permisi." Pamit Alvin, Iyel mengangguk samar. Alvin tidak tahu bagaimana harus bersikap jika Iyel sudah kembali menguak lukanya seperti itu, Alvin begitu kasihan kepada Iyel karena hanya dialah yang Iyel punya sebagai sosok yang bisa dipercaya. 


"Aku akan membantu mu Yel, tapi dengan cara yang benar. Karena aku juga sahabat Rio, tidak mungkin aku memihak satu diantara kalian." Gumam Alvin disela-sela langkahnya. "Aku harus menemui gadis itu, tapi sebelumnya aku harus bersiap-siap mendapat amukan dari Rio dulu sepertinya." Lanjut Alvin seraya tersenyum hambar. 


*********** 


Rio menatap tajam Map yang membungkus berkas didalamnya. Desah nafasnya tak lagi teratur, matanya memancarkan kemarahan. Map itu baru saja Ia dapatkan saat Sekretarisnya yang mengantarkannya beberapa menit lalu, Rio menarik kasar ganggang intercom dimeja kerjanya. 

"Hubungi dia, katakan 30 menit lagi aku menunggu di Cafe Vanessa." Setelah mengucapkan kalimat sederahana itu, Rio beranjak lalu memasukkan map yang tadi membuat kemarahanannya tersulut ke dalam tas kotak kerjanya. 


Selama diperjalanan, Rio hanya bisa menahan amarah dalam diam. Berusaha berkonsentrasi saat menyetir, pikirannya membekas tajam pada Map yang telah berada pada tas kerjanya saat ini. "Kau pikir bisa mengalahkan ku ? Jangan harap." Decak Rio tajam, setelah sampai Ia langsung masuk dan sebelumnya memberitahu pelayan disana, jika ada seseorang yang berpakaian kerja sepertinya untuk menemuinya pada 'Number Table' (16). 

Tak menunggu waktu lama, Rio melirik jam tangannya dan tepat 30 menit seseorang itu tengah bercakap dengan pelayan cafe lalu menunjuk number table Rio. Cafe ini cukup santai dan nyaman bagi seluruh pengunjung, dan sebagian dari anak Kuliahan karena Cafe ini terletak begitu dekat dengan salah satu Universitas kota ini. Pakaian Rio dan seseorang yang kini tengah melangkah santai kearahnya, begitu mencolok karena berbeda dengan pengunjung Cafe yang mayoritasnya berpakaian santai tidak seresmi mereka berdua. 

Setelahnya, sosok itu langsung saja duduk dihadapan Rio, Rio menghempas kasar Map yang sejak tadi dibawanya tepat dihadapan Iyel. "Syukurlah, kau telah menerima berkas itu." Iyel tersenyum manis menganggap bahwa tidak terjadi apa-apa, Rio masih menahan amarah dalam diam. "Ck. Kau pikir kau bisa menang dengan berkas ini ? Dan aku mau menyerahkan Clara begitu saja kepada mu, begitu ? Kau bermimpi." Ucap Rio tajam, Iyel masih tersenyum manis karena sekarang Ia berada dititik kemenangan, walaupun nantinya bisa saja Ia yang kalah. 

Yah ! Berkas yang membuat emosi Rio tersulut adalah berkas Hak asuh anak. 

"Kau bodoh atau memang tidak mempunyai Otak Argario ? Clara adalah ANAK KU ! Anak SAH ku, aku akan MENGAMBILNYA dari mu. Seharusnya kau bisa berpikir lebih matang untuk berperang dimeja hijau dengan ku nantinya. Ku pastikan, kau kalah telak. Karena yang SAH merawat Clara adalah aku, AYAH KANDUNGNYA." Sekali lagi senyum kemenangan itu muncul begitu tegas, Rio menatap tajam kearah Iyel. Ia benar-benar nampak tak berkutik. 


"Soal Agni ? Aku akan menceraikannya untuk mu. Karena dari awal aku tidak menginginkan kehadiran mantan tunangan mu yang mengkhianati cinta mu itu." Gabriel tertawa pelan, "aku sungguh kasihan dengan jalan cinta mu yang harus berujung penderitaan dan penantian, menunggu dalam harapan besar walaupun dia telah mengkhianati mu." Kembali Iyel berucap. "Kau memang lelaki yang setia Rio, aku pun begitu. Meski kesetiaan ku harus direnggut paksa oleh perempuan mu itu." 


"SUDAH CUKUP KAU MENGHINANYA !." Rio berdiri menunjuk tajam kearah Iyel yang masih santai duduk. Semua parapengunjung Cafe seketika menyembunyikan suara masing-masing, lantas memperhatikan kedua pria tampan yang tengah bertengkar sepertinya. Tidak ingin ikut campur mereka kembali kesibukan masing-masing tanpa ingin peduli daripada nantinya terkena imbas. 

"Bisakah kau tidak bersikap kekanak-kanakan dan memilih bersikap elegan serta sopan ditempat umum ? Kau hanya mencemari nama baik mu, kau tahu ?." Nasehat Iyel seolah-olah peduli. "PERSETAN ! Dengan semua kata-kata mu." Rio mendekatkan wajahnya kearah Gabriel. "Aku akan membuat kau menyesal karena akan mengambil Clara." Kini giliran Iyel yang berdiri, menatap tajam kearah Rio yang telah bediri seperti semula. 


"Aku akan membuat Ify menderita, seperti yang Agni rasakan sekarang. Aku akan membuatnya jatuh cinta kepada ku dan setelah itu ku campakkan dia, seperti kau mencampakkan Agni." Seringai Rio, kini berganti wajah Iyel yang pucat pasi. Ternyata benar dugaannya, Rio pasti akan melakukan hal itu. Tidak ! Ini tidak boleh terjadi, jangan sampai Ify jatuh kepelukan Rio yang penuh dengan kata kelicikan. 


Tapi mau bagaimana lagi ? Sungguh ! Walaupun sama sekali dia tidak menginginkan Agni yang memang sebagai Istri sahnya, Iyel tetaplah tidak akan pernah melepaskan tanggung jawab sebagai seorang Ayah. Ia juga ingin merawat Clara seperti seorang Ayah kepada anaknya, sejak Clara lahir pun tak pernah Iyel menggendong apalagi menyentuh tubuh mungil dari darah dagingnya itu. Karena semuanya didalih kepemilikan kepada Rio, Iyel yang saat itu pikirannya kacau hanya bisa memasrahkan Clara kepada Rio. Dia tahu, Rio tidak akan menyakiti putri kecil Zariel, Putri yang selama ini memang diinginkan Iyel. 

----------- 
8 bulan yang lalu~~ 


Rio melangkah mendekati Iyel yang kacau didepan pintu khusus ruangan Bayi. Rio melirik kedalam ruangan, Ia tahu persis bahwa Iyel sedang mengamati putri kecilnya. 

"Aku yang akan mengasuh Bayi itu selama Agni masih dalam keadaan koma," Gumam Rio, Iyel bergeming tak memperdulikan ucapan Rio 

"Aku juga yang akan memberi nama pada bayi itu, dan menggunakan nama ku sebagai marganya bukan nama mu." Tetap saja, Iyel tidak peduli dengan semua ucapan demi ucapan yang diungkapkan oleh Rio. Ia masih terus saja, memperhatikan putri kecilnya disana berada didalam inkubator demi kebaikan fisiknya yang pasti rentan akan penyakit mengingat bayi itu yang lahir prematur. 

"Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan, jika waktunya tiba.... Aku akan mengambilnya kembali." Jawab Iyel tiba-tiba, sontak membuat Rio terkejut. Bagaimana tidak terkejut ? Ternyata Iyel juga menginginkan anak itu ? Padahal ia sangat membenci ibu dari anak itu, istri sahnya sendiri -Agnissya Gissel Lavendo-. "Tapi satu yang tidak boleh kau lakukan, selama kau yang merawat Bayiku." 


"JANGAN PERNAH MENCOBA SEDIKITPUN UNTUK MENYENTUHNYA, KARENA YANG BERHAK MELAKUKANNYA ADALAH AKU, AYAHNYA SENDIRI YANG SAMPAI SAAT INI BELUM MENYENTUHNYA SAMA SEKALI." Ucap iyel penuh penekanan, Rio menatapnya mencari kebenaran. Dan benar, lelaki ini bersungguh-sungguh. 

"Aku berjanji tidak akan menyentuh Bayi itu, aku akan bertugas untuk merawatnya sebaik mungkin. Bukan karena mu, tapi Agni. Aku hanya menghargai mu sebagai Ayahnya." Ucap Rio lalu berbalik untuk pergi, Iyel yakin bahwa Rio tidak akan pernah melanggar janjinya. Apalagi itu menyangkut gadis yang dicintainya -Agni- 


------------ 


Iyel kembali sadar dalam lamunannya dimasa lalu. Sekarang adalah waktunya untuk memperjuangkan Cllara kembali, dia sudah sangat siap untuk merawat anaknya itu. Tapi ini ? Jika Ia ingin mengambil Clara, maka Ify taruhannya. Sudah cukup ! Sudah cukup perempuan mungil itu tersakiti dulu, dan Iyel berjanji tidak ingin membuatnya kembali sakit. 

"Kau benar-benar licik ! baiklah, Aku akan mengurungkan niat ku mengambil hak asuh putri ku, jika sampai kau menyakiti Ify ? Aku tidak akan segan-segan mengambil hak asuh Clara dan membunuh Agni ! Kau dengar itu ?." Ancam Iyel lalu melangkah pergi meninggalkan Rio yang diam mematung. 

"Aku akan tetap melakukan hal itu Yel, karena sakit hati Agni selama ini ? Harus dibayar juga dengan sakit hati." Gumam Rio licik, lalu Ia pun merogoh saku celana untuk mengambil ponselnya. 


"Persiapkan semua pesta pernikahannya, Aku ingin yang sangat mewah dan terkesan Glamour, undang seluruh tamu penting ku. Laksanakan 2 bulan lagi," suara Rio begitu tak terbantahkan, entah setan mana yang kini merasukinya sehingga Ia dengan muda sekali merencanakan hal sakral ini. Dengan cara sepihak tanpa memberitahu mempelainya...... 


********** 


Alvin menggas pelan mobilnya menuju di kediaman Rio, niatnya adalah untuk berbicara dengan Ify perihal yang sebenarnya terjadi. Gadis itu pasti bingung ada apa sebenarnya diantara Rio dan Iyel yang saling membenci satu sama lain, lagi pula dia juga ingin meminta maaf atas kejadian lalu yang saat itu menghipnotis Ify untuk dibawa dikediaman Iyel. 

Lampu merah. Alvin yang tengah asyik menunggu lampu lalu lintas berubah hijau seketika terkejut karena pintu kaca mobilnya disamping diketuk-ketuk kasar dan terkesan ketakutan oleh seorang perempuan yang gaya pakaiannya sangat jauh dari kata modern terkesan kuno dan kampungan sekali. Alvin lantas membuka pintu mobilnya, perempuan itu langsung masuk tanpa memperdulikan Alvin yang hanya bisa memperhatikan perempuan berlesung pipi disampingnya ini dengan tatapan menelusuri. Kuno sekali ? Pikir Alvin 

Sadar akan diperhatikan, perempuan itu menatap Alvin yang tengah sibuk menelusuri dirinya. "Apa yang kau lihat ?." Tanya perempuan itu garang, Alvin tersadar lalu mengubah ekspresi wajahnya. 


"Seharusnya aku yang bertanya, kenapa kau tiba-tiba saja mengetuk pintu mobil ku seperti orang ketakutan. Dan langsung masuk tanpa permisi seperti tadi ?." Ucap Alvin acuh tak acuh, lampu telah berwarna hijau Ia pun menggas mobilnya. "Maafkan aku, aku dikejar-kejar preman." 


"Kau pengemis ?." Pertanyaan Alvin membuat perempuan itu mendelik. "Aku berasal dari kampung, jangan karena pakaian ku berbeda dari kalian yang kaya. Kau menyebut ku pengemis, begini-begini aku juga mempunyai kerja dikampung bukan meminta-minta." Jawab perempuan itu tajam, membuat Alvin tersenyum geli melihat ekspresinya. 

"Lalu untuk apa kau jauh-jauh dari kampung ? Ke kota ini ?." Perempuan itu Menatap lurus ke depan. 

"Aku ingin menemui sahabat ku, sekalian memberikan uang rumah kontrakannya yang ia kontrakkan dikampung. Sudah jatuh tempo, tapi Ia tidak ada pulang. Aku khawatir, maka dari itu aku kesini. Takut saja dia kehabisan uang jadi tidak bisa ke kampung untuk mengambil uangnya." Jelas perempuan itu begitu luwesnya, Alvin mengangguk-anggukkan kepala pertanda mengerti. 


"Siapa nama mu ?.". Tanya Alvin lagi, "kau bisa memanggil ku Sivia. Lengkapnya Casivia Zizari. Kau sendiri ?." Tanya perempuan itu bernama -Sivia- 


"Aku Phalvin Sena, panggil saja Alvin. Kalau begitu aku akan mengantarkan mu kerumah teman mu itu, takut saja kau kembali dikejar preman tadi." Sivia mengangguk senang. "Wahhh terima kasih Alvin, kau membantu sekali. Aku jadi bisa menghemat transportasi kalau begini." Ya Tuhan ! Perempuan ini begitu ceria dan terkesan apa adanya sekali, apapun yang ada diotak langsung Ia katakan tanpa disaring, benar-benar perempuan ajaib. Ia begitu mudah mempercayai seseorang pula.. Tak tahukan dia, dikota ini begitu kejam.. Tidak semua orang baik yang ada, jauh lebih menebar orang jahat Ketimbang orang baik. Benar-benar gadis polos yang menarik. 


******** 


Clara sudah boleh dibawa pulang, dengan cekatan dan dibantu oleh beberapa pelayan, Ify mengemasi semua barang-barang Clara disana akhirnya selesai juga. Tinggal menunggu mobil jemputan untuk pulang, "kau sudah siap pulang sekarang sayang ?." Tanya Ify pada Clara yang digendongannya kini tengah asyik memainkan rambut panjang Ify. 

Ify tersenyum kecil, lalu perhatiannya tersita saat melihat seseorang diambang pintu ruangan Clara. "Ayo Ify, kita kebandara sekarang." Seketika membuat Ify syok dan hampir menjatuhkan Clara jika Ia tidak cepat sadar. 

"APAAA ?!." Mencoba bertanya untuk memastikan, namun tangannya telah ditarik paksa untuk keluar. "Jangan sampai Clara menyentuh ku." Ucap orang itu disela-sela langkahnya yaitu -Argario Tersaa- 
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Frisca Ardayani Book's - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger