Home » » Baby For Alyssa ( Part 7 )

Baby For Alyssa ( Part 7 )



Alvin mengkerutkan keningnya, lalu Ia melirik ke arah Sivia yang tertidur pulas mungkin faktor lelah akibat dari kejaran para Preman tadi. Alvin tersenyum kecil, setelahnya Ia menggoyang-goyangkan bahu Sivia pelan bermaksud untuk membangunkan Gadis berlesung pipi itu.

"Hey ! Gadis kuno, Ini jalan yang kau maksud. Lalu dimana rumah sahabat mu itu ?." Sivia langsung terjaga, menajamkan kembali penglihatannya. "Aku tertidur ?." Sivia malahan tidak memperdulikan pertanyaan Alvin, sepertinya Ia gadis yang bertipe tidak mudah sadaran setelah bangun. Alvin menghembuskan nafasnya pelan, "Ia Gadis kuno, kau tertidur dimobil ku setelah memberitahu ku jalan menuju rumah sahabat mu itu." Ucap Alvin sedikit kesal juga dengan tingkah gadis ini

"Bisakah kau tidak memanggil ku dengan sebutan Gadis kuno ?, ini." Dengan kesal Sivia lalu memberikan secarik kertas kearah Alvin, dan Alvin langsung menerimanya. Sekarang Alvin yang dibuat kesal oleh gadis ini, "kenapa tidak sejak tadi saja kau memberikan alamat lengkap ini kepada ku ? Kau ini....," geram Alvin, kesabarannya benar-benar dikuras untuk menghadapi gadis disampingnya ini dan seolah-olah tidak takut sedikit pun.

"Aku haus, kau punya minum tidak ?." Tanya Sivia yang belum sadar dengan ekspresi Alvin saat ini. "Tidak." Jawab Alvin ketus masih tetap menyetir

Bisa-bisanya Gadis ini seolah-olah menjadikan Alvin sebagai supirnya ? Lalu meminta Air minum pula ? Dia pikir mobil Alvin supermarket berjalan ? Dengan kesal, Alvin memberhentikan mobilnya dan tepat berhenti disebuah rumah sederhana yang kecil. "Kau bisa turun sekarang." Perintah Alvin, pandangannya lurus kedepan tak berniat untuk melihat Sivia. Sedangkan Sivia bersiap-siap untuk keluar dan sebelumnya mengucapkan terima kasih.

"Tapi jika kau keluar dan mengetuk pintu rumah itu, sampai besok pun dia tidak ada didalam sana." Masih sama, Alvin masih berucap tanpa mengalihkan pandangannya lurus ke depan. Sivia yang baru akan menjulurkan kakinya untuk keluar refleks menghentikannya dan menoleh kearah Alvin dengan tatapan bingung. "Maksud mu ?."


Alvin mendesis. "Ify sedang tidak ada dirumah, dia berada dirumah sahabat ku. Bekerja sebagai pengurus bayi," Seketika Sivia langsung syok dan tatapan matanya melotot, bagaimana bisa lelaki ini mengetahui namanya sahabatnya itu Ify ? Lalu ? Sejak kapan mereka kenal ? Sivia meneguk ludahnya susah. "Kau ? Bagaimana kau bisa mengenalnya ?." Tanya Sivia yang masih tak percaya.

"Masukkan kembali kaki mu, atau kau ku tinggal disini." Ucap Alvin tak terbantahkan tanpa menggubris pertanyaan Sivia tadi, dengan ragu akhirnya Sivia pun menarik kembali kakinya. Berbagai pertanyaan berkecamuk dibenak Sivia, seketika Ia menjadi pendiam dan tidak berani untuk mengeluarkan suara.

Begitu pula dengan Alvin, sepertinya lelaki ini memilih diam karena begitu kesal dengan tingkah gadis polos ini yang suka seenaknya, mungkin dengan sedikit nada tajam seperti tadi bisa membuatnya sadar. Bahwa dengan siapa Ia berhadapan sekarang....


*********


Iyel memasuki rumah mewahnya yang telah disambut oleh para pelayan untuk membawakan Tas juga Jas kerja miliknya. Ia tidak langsung ke kamar untuk sekedar mandi atau membersihkan badan dengan santai, tapi Ia memilih untuk melangkah menuju kamar yang berada tepat di sebelah kamarnya. Memutar knop pintu perlahan lantas Ia masuk, yang terdengar hanyalah suara sepatu pantofelnya memenuhi kamar yang luas ini.

Ia mendesah lalu memejamkan matanya. Kamar ini, kamar yang telah Ia buatkan untuk putri kecilnya. Putri kecil yang sebenarnya sangat Ia impikan, walaupun Ia mendapatkannya dari wanita yang tidak Ia cintai sejak mereka menikah. Kamar khas Bayi dengan nuansa pelangi dipadu beberapa warna soft untuk menyelingi disetiap gambar-gambar kartun lucu, terdapat box bayi serta bed berukuran sedang. Boneka-boneka dengan macam aneka jenis dan warna tersusun rapi mengelilingi ruangan, gorden-gorden pun berwarna soft senada dengan warna less kamar, karpet berbulu lembut terhampar indah dilantai tepat didepan bed, kolam kecil lucu berisi bola-bola yang berwarna warni berada disudut kamar. Semua di desain dengan benda-benda yang soft serta tidak membahayakan bagi seorang bayi....

Iyel kembali melangkah, lalu berbaring diatas bed sedang yang berseprei lagi-lagi berwarna lembut, Ia mencoba memejamkan kedua bola matanya dengan perlahan.....


"Ify....,"


--------------
3 tahun lalu~


Zariel memarkirkan mobilnya tepat disebuah Sekolah Menengah Atas, SMA yang terletak disebuah kampung yang terkenal dengan rasa kebersamaan dan kerukunan warganya. Sudah hampir 3 bulan Iyel melaksanakan tugas kuliahnya disini, entah kenapa bisa tempat terpencil ini Ia mendapat bagian, namun Iyel tidak mempermasalahkannya. Itu berarti sisa satu minggu lagi, Ia akan kembali pulang kerumah dikota.

Entah kenapa, Ia tidak ingin sedikit pun meninggalkan kampung ini. Kampung ini begitu banyak memberikan dirinya pelajaran akan suatu kesederhanaan dan kehangatan berbagai keluarga. Kehangat yang sangat jarang Ia dapatkan jika dikota tempat aslinya, Apalagi sekarang Ia telah memupuk sebuah rasa dihatinya bagi siswi Sekolah ini yang terkenal dengan gemilang bakat dan pretasinya.

Menambah ke kaguman tersendiri baginya untuk siswi itu. Iyel melangkah ke sebuah ruang kelas, matanya mulai menelusuri disetiap penghuni kelas tersebut. Seorang siswi menghampirinya, tapi bukan siswi yang Ia cari. "Mencari Ify kak?." Tanya siswi berlesung pipi itu, Iyel tersenyum lembut lalu mengangguk.

"Iya, kau tahu dia dimana ?." Gadis berlesung pipi tersebut langsung menunjuk sebuah perpustakaan yang tak jauh dari kelas mereka. Iyel lalu melemparkan senyumnya pada gadis manis dihadapannya ini. "Kalau begitu, aku menyusulnya. Terima kasih bantuan mu Via." Ucap Iyel lalu melangkah menuju ruang perpustakaan, Sedangkan Sivia hanya menggelengkan kepalanya lalu tersenyum.

"Kau beruntung sekali Fy, mempunyai pacar sebaik Kak Zariel anak kota pula. Dia begitu perhatian pada mu, semoga kalian awet." Doa Sivia setelah itu Ia pun kembali melangkah ke dalam kelas, memasuki hingar bingar kegaduhan didalam kelas yang diciptakan oleh penghuni kelas itu sendiri.


Zariel memasuki ruangan Perpustakaan dengan langkah yang mengendap-endap saat mendapati sang pemilik hatinya, yang begitu serius membaca dengan posisi berdiri. Hitungan detik, Iyel sudah menutup kedua mata gadis itu sehingga gadis itu terlonjak kaget dan mencoba ingin melepaskan. Karena tubuh Iyel yang begitu tinggi menjulang, dan gadis itu begitu mungil. Hanya berontakan kecil saja yang bisa ia lakukan, membuat Iyel tertawa geli.


"Kak Iyel ?." Sukses membuat Iyel melepaskan tangannya dari mata gadis itu, Ify berbalik menghadap Iyel yang saat itu membelakanginya lalu mencubit lengan Iyel karena kesal. "Kau selalu saja mengganggu ku Kak," ucap Ify wajahnya cemberut lalu melangkah ke meja baca, diikuti Iyel. "Maaf sayang, Aku begitu merindukan mu. Mengingat 2 hari kemarin libur."

"Kau bisa berkunjung kerumah kak." Balas Ify tapi masih serius membaca

"Aku takut mengganggu waktu belajar mu, apalagi kau mendekati ujian." Ify menutup bukunya, memandang teduh mata Elang yang kini memandangnya. Ify tersenyum begitu pun Iyel. "Aku mencintai mu." Ucap Ify. "Aku bahkan mencintai mu, lebih dari kau mencinta ku." Ify terkekeh lalu mencubit hidung Iyel gemas


Raut wajah Ify seketika berubah sedih. "Seminggu lagi kau menghabiskan waktu mu disini." Ify tersenyum getir, "aku tidak ingin membahas itu, aku sudah berjanji pada mu. Aku akan menamatkan kuliah ku 1 tahun lagi dan kau juga pasti sudah lulus SMA. Aku ingin menikah muda dengan mu." Refleks Ify menoleh dan menatap Iyel untuk mencari kebenaran, Ia begitu terkejut atas penuturan kalimat terakhir dari Iyel. Iyel menyadari ekspresi kaget Ify lalu tersenyum manis, "Kau kaget ? Aku bersungguh-sungguh sayang, hanya kau perempuan satu-satunya yang berhasil mencuri cinta pertama dan cinta terakhir ku."

Mata Ify berkaca-kaca, dengan satu hela. Sempurnalah Iyel merengkuh Ify dalam pelukannya. "Aku harap kau siap dan mau menunggu ku satu Tahun lagi sayang." Gumam Iyel mencium puncak kepala Ify dengan lembut. "Semoga penantian ku, tidak mengecewakan Kak."

"Tidak sayang, itu tidak akan. Aku berjanji,"


---------------


Zariel seketika langsung membuka matanya, lalu duduk. Nafasnya berhembus tak beraturan, Bermimpi ? Tidak, tadi bukanlah mimpi. Itu adalah sebagian masa lalu indahnya yang ditarik masuk ke alam mimpi, Iyel memejamkan matanya menetralkan seluruh kesadarannya kembali. Kepingan masa lalu yang indah, kepingan masa lalu yang diinginkannya untuk terwujud menjadi sebuah kebahagiaan hidupnya bersama orang yang Ia cintai.

Iyel tersenyum miris, beranjak dari Bed yang baru saja menjadi saksi atas mimpinya. "Kau benar Ify, penantian mu berakhir kekecewaan. Maafkan aku...,"


"Arrggghsss, Kenapa harus perempuan itu yang merenggut semuanya. Kenapa harus kau Agni ! Kenapa kau masuk dalam kebahagiaan ku bersama Ify." Zariel terus mencerca mengacak rambutnya frustasi. "Sampai kapan pun aku tidak akan pernah menganggap mu sebagai istri ku Agni ! Tidak akan !."

"Aku merindukan mu Ify..," Lanjutnya kemudian berniat untuk kembali pergi kesebuah tempat. Kekediaman Argario Tersaa.


**********


Setelah mengantarkan Ify dan Clara kerumah, Rio menuju Rumah Sakit dimana tempat Agni dirawat dan Dokter mengatakan bahwa Agni telah sadar dari Koma. Namun sebelumnya Rio, Ify dan Clara ke bandara untuk menemui rekan bisnis Rio. Entah kenapa dia ingin sekali mengajak Ify dan Clara mendampinginya untuk menemui rekannya dan berbincang-bincang sedikit tentang urusan bisnis cabangnya yang berada di Eropa. Yah, rekan bisnis Rio adalah yang menjadi kaki tangannya dan mengurus semua cabang yang berada di Eropa. Rio begitu percaya dengannya, seorang perempuan keturunan Perancis blasteran Indonesia Jawa karena ibunya, bermata biru bulat, tinggi dengan postur tubuh yang sangat ideal, berkulit putih cerah, begitu cerdas dalam urusan berbisnis yang mungkin mengalir dari darah bisnis Ayahnya.

----------

Clara sudah boleh dibawa pulang, dengan cekatan dan dibantu oleh beberapa pelayan, Ify mengemasi semua barang-barang Clara disana akhirnya selesai juga. Tinggal menunggu mobil jemputan untuk pulang, "kau sudah siap pulang sekarang sayang ?." Tanya Ify pada Clara yang digendongannya kini tengah asyik memainkan rambut panjang Ify.

Ify tersenyum kecil, lalu perhatiannya tersita saat melihat seseorang diambang pintu ruangan Clara. "Ayo Ify, kita kebandara sekarang." Seketika membuat Ify syok dan hampir menjatuhkan Clara jika Ia tidak cepat sadar.

"APAAA ?!." Mencoba bertanya untuk memastikan, namun tangannya telah ditarik paksa untuk keluar. "Jangan sampai Clara menyentuh ku." Ucap orang itu disela-sela langkahnya yaitu -Argario Tersaa-


Akhirnya mereka pun sampai dibandara, seorang perempuan cantik memeluk Rio begitu manja dan bergumam bahwa Ia merindukan lelaki itu. "Aku juga merindukan mu Shilla." Balas Rio.

"Bagaimana dengan bisnis ku disana ?." Tanya Rio seolah-olah tidak peduli dengan keberadaan Ify dan Clara disampingnya. "Berjalan mulus Rio." Balas Shilla, lalu Ia melirik ke arah Ify.

"Dia siapa ?."

"Dia pelayan Clara, kenalkan dia Ify. Ify ini teman ku namanya Shilla." Ify megulurkan tangannya namun diabaikan begitu saja oleh Shilla. "Oh ku rasa aku harus ke apartemen ku secepatnya Rio, maaf tidak bisa berlama-lama. Kita mengobrol diwaktu sendiri mu saja okey, terima kasih kau mau menyambut ku." Pamit Shilla lalu masuk ke dalam mobil yang memang telah Rio siapkan dari kantornya untuk Shilla, Ia telah menganggap Shilla sebagai adiknya sendiri maka dari itu dia mau repot-repot untuk sekedar menyambut kedatangan Shilla dari perancis.

Rio melirik Ify yang wajahnya memucat, mungkin gadis ini mengira bahwa Shilla adalah istrinya yang baru saja pulang liburan dari luasr negeri, Rio tersenyum geli. "Tenang Ify, dia bukan Istri ku. Dia memang selalu berlaku seperti itu pada ku, sudah terbiasa akan budaya baratnya disana. Aku hanya menganggapnya sebagai teman bisnis sekaligus adik ku sendiri." Entah kenapa penjelasan Rio membuat Ify bernafas lega dan mengikuti Rio yang telah dulu melangkah menuju mobilnya.

----------

Rio kembali ke alam sadarnya, terus menelusuri koridor Rumah Sakit dengan jantung yang berdegup kencang. Tak menyangka penantiannya kembali membuahkan hasil, senyum manisnya mengembang begitu saja. Rasa bahagia dan senang membuncah seperti buih buih soda yang siap tumpah dari wadahnya, tak Ia bayangkan akan menatap mata itu lagi selama penantian 8 bulan ini...

Dokter tiba-tiba saja datang, lengkap dengan seragam operasi dan beberapa suster lainnya. Rio mengekrutkan keningnya lalu berlari kearah dokter yang siap memasuki ruangan Agni.

"Ada apa ini dok ?." Dokter menatap sayu dan merasa bersalah atas informasi yang Ia beritahukan pada Rio beberapa menit yang lalu, perihal Agni yang telah sadarkan diri dari koma. "Maaf sebelumnya Tuan Rio, pasien awalnya sadar dan keadaannya membaik tidak ada kecurigaan apapun dari kami akan kondisi setelahnya....," wajah Rio memucat, kebahagiaan yang baru saja dipupuknya mulai tumbuh kembali layu. Sang dokter merasa bersalah, lalu menepuk pundak Rio agar menydarkannya kembali.

"Ternyata, itu hanya memperburuk keadaan Nona Agni. Dia mengejang lalu kembali kritis, saat ini kami akan melakukan operasi walaupun belum tahu pasti apa penyebabnya. Semoga operasi ini berjalan lancar, mohon do'anya tuan." Dokter pun masuk, Rio membeku menatap nanar dibalik kaca. Kebahagiaan benar-benar tidak ingin berpihakg padanya, terus melakukan harapan kosong. Membuatnya melayang akan menyambut kebahagiaannya namun didetik itu juga Ia kembali terhempas dalam harapan kosong yang selalu membuatnya luka.

"Agni.... Ku mohon bangunlah, kau belum melihat ku untuk membalas dendam. Lelaki itu harus mendapatkannya, kau harus bangun Agni. Jangan biarkan dia berbahagia dengan perempuan itu, perempuan yang telah merampas kebahagiaan mu." Rio terduduk, keadaannya begitu kacau.


*********


Ify baru saja menidurkan Clara, Ia sekarang resmi menjadi pelayan tunggal Clara. Yah ! Rio telah memecat semua pelayan Clara dan menjadikan mereka sebagai pelayan rumah mewah dan megah ini, tidak lagi menjadi pelayan Clara. Walaupun menjadi pelayan tunggal Clara, Ify difasilitasi khusus oleh Rio seperti kamar yang besar dan luas lengkap. Ia juga diperkenankan untuk berlaku sebagai tuan rumah, tidak perlu takut untuk membutuhkan sesuatu apapun dirumah ini, Ify merasa Rio terlalu berlebihan dengannya. Bukannya tidak suka, Ify tidak terbiasa akan semuanya. Apalagi keberadaan Istri Rio sebenarnya ada dimana sekarang Ia tak tahu ? Rio terus-terusan menghindar jika Ia bertanya seperti itu bahkan hanya menatap lalu melangkah pergi. Apa istri Rio sebenarnya meninggal ? Entahlah, Ify sudah pusing dan terjebak pada situasi ini.

Belum lagi aksi Rio saat membawanya dan Clara ke bandara lalu menemui seorang perempuan cantik yang Ify kira itu adalah istrinya Rio. Namun salah, dia hanyalah rekan bisnis lelaki itu saja. Ify melangkah keluar dari kamar Clara, menutupnya lalu berbalik ...

Ify membeku, Ia meneguk ludahnya susah. Seketika dadanya sesak, "Aku ingin berbicara Ify, ku mohon." Permohonan yang begitu lirih, sempat membuat Ify tidak bisa menolak. Ia lalu mundur selangkah, namun tangannya langsung ditahan oleh sosok yang kini membuat Ify susah untuk berucap. "LEPAS YEL !." Bentak Ify, sosok yang sejak tadi menahan lengannya adalah Zariel. Iyel menatap Ify sayu sungguh suatu permohonan yang siapa saja tidak akan tega. "Ku bilang lepas Yel ! Atau kau ku panggilkan penjaga." Bentak Ify lagi, tanpa terasa Ia tidak lagi bisa menahan perihnya. Air mata itu berlinang begitu saja dengan bebas tanpa permisi, membuktikan hatinya kini kembali terluka.

Iyel menatap Ify, ini yang membuatnya selalu luluh. Iyel mendekat, Ify tetap berada di posisi yang tertunduk dan terisak.

"Aku membenci mu Yel ! Aku membenci mu. PERGI ZARIEL PERGI !." Luka itu sudah pasti begitu menyakitkan bagi gadis mungil ini, iyel tau itu ! Tapi Ia juga terjebak, terjebak dalam situasi yang memaksanya harus berkhianat. Andai saja gadis ini mau untuk mendengar penjelasannya, dan paham akan posisi Iyel saat ini. Iyel tidak akan melakukan hal-hal buruk pada gadis ini, Ia begitu mencintainya. Menyakiti adalah urutan terakhir untuk ia lakukan atau bahkan menghapusnya.

Iyel mensejajarkan tingginya dengan Ify, diraihnya dagu tirus itu mencoba menatap dengan tatapan penuh arti. Ify masih terisak enggan menatap mata elang Iyel. "Tatap aku, apakah aku menakutkan sehingga kau tak mau menatap ku ?." Tanya Iyel lembut, Ify bergeming. Ingin sekali Ia melarikan diri saat ini, bagaimana Ia bisa melarikan diri, tangannya kini masih tergenggam erat oleh Iyel.

"Ify...," gumam Iyel, Ify pun akhirnya mendongak. Dengan lembut Iyel mendekatkan wajahnya lalu mengecup air mata Ify yang mengalir. "Berhenti," Iyel lalu menghapusnya dengan lembut detik itu juga, Air mata Ify pun berhenti. Ia memberanikan diri untuk menatap mata Iyel, Iyel tersenyum lalu mengacak rambut Ify dengan sayang.

"Aku hanya ingin berbicara, bukan memaksa mu untuk kembali kerumah ku. Maaf atas perlakuan ku yang bodoh saat itu," Iyel mengecup lembut kening Ify dan Ify pun tidak memberontak. Sungguh ! Inilah hal yang Ia rindukan, Ia merindukan Iyel yang lembut bukan Zariel yang tiba-tiba berubah menjadi pemaksa terhadap dirinya.

Entah dorongan darimana, Ify langsung saja memeluk tubuh kokoh Iyel dengan erat. Menumpah seluruh sakitnya, lukanya, perihnya, kerinduan dan berbagai macam rasa dihatinya, tak bisa Ia menampik. Ify masih mencintai sosok Iyel, Ify masih berharap akan semua mimpinya bersama lelaki ini. Tapi itu semua tidak akan mungkin, Ify menangis dan terus menumpahkan semuanya. Iyel hanya bisa terpaku, tidak menyangka bahwa gadis yang begitu Ia cintai memeluknya ! Memeluknya untuk sekian tahun tak pernah Ia rasakan kembali, tanpa pikir panjang Iyel pun membalas pelukan itu. Menyatukan kerinduan diantara keduanya, hingga menyatu.

"Jika ini pelukan terakhir mu untuk ku, ku mohon lebih lama lagi." Pinta Iyel, Ify lebih mengeratkan pelukannya masih dalam keadaan menangis, Ia juga tidak ingin melepaskan.

Disisi lain, Rio melihat semua. Rahangnya mengetat jemarinya pun terkepal kuat, Ia melangkah dengan tergesa-gesa mengarah kepada pasangan yang tengah berpelukan tepat didepan kamar Clara. Satu sentakan, Ia berhasil menarik Ify dengan kasar lalu menyembunyikan dibalik punggung kokohnya. Ify yang kaget hanya bisa meringis kesakitan atas perlakuan Rio yang begitu kasar, Iyel menatap Rio dengan geram dan siap untuk memukul namun segera Ia tahan. "Bisa kau berlaku tidak sekasar itu terhadap Ify !." Desis Iyel tajam, Rio tersenyum sinis. "Masuk kekamar mu Ify." Perintah Rio tapi Ify masih tetap bergeming. "KU BILANG MASUK KE KAMAR MU SEKARANG !." Bentak Rio dan mampu membuat Ify menatapnya tidak percaya


"RIOOOO !!." Balas Iyel sengit mencoba memberi peringatan atas sikap lelaki itu, Ify menatap Iyel lalu berlari menuju kamarnya karena begitu sakit atas perlakuan kasar Rio yang baru kali ini muncul. Setelah Ify masuk, mata tajam Iyel langsung tertuju ke arah Rio. "Kau mencari mati ternyata." Gumam Rio penuh kemarahan, Iyel berdecak meremehkan.

"Lelucon ! Kau yang mencari mati Rio !." Balas iyel, Rio melipat kedua tangannya didada. "Oh, kau pikir ini lelucon ? Ckck, lihat saja nanti apa yang akan ku lakukan jika kau berani memasuki rumah ku lagi. Aku tidak akan segan-segan berlaku lebih kasar pada Ify-mu itu Zariel." Rio tersenyum penuh kemenangan, ia berusaha menahan seluruh emosinya.

"Oh ya... Aku lupa memberitahu mu." Rio berpura-pura berpikir dan kembali Ia tersenyum. "2 bulan lagi aku akan menikahi Ify-mu itu." Rio berucap begitu santai, ekspresi wajah Iyel seketika merah padam berusaha sekuat tenaga untuk menahan emosinya. "Menikahinya, merenggut semua darinya. Mencoba mencelakainya disaat Ia tengah mengandung bayi ku, lalu koma seperti Agni sekarang. Dan.... Selesai hahahaha." Rio tertawa begitu keras, tidak ! Itu tidak akan pernah terjadi ! Rio tidak akan pernah bisa melakukan semua itu, karena Iyel akan menjaga Ify sampai kapan pun.

"Cihh. Kau manusia Laknat !." Umpat Iyel penuh kebencian. "Kau pikir semudah itu ? Ify masih mencintai ku Rio ! Kau pasti melihat semua yang kami lakukan tadi bukan ? Dia tidak akan pernah menyukai mu, karena Ia mengira status mu yang telah menikah."


"Apa susahnya bagi ku mengatakan kalau istri ku telah lama meninggal ? Aku terus memohon kepadanya sampai ia menyukai ku. Dan rencana ku pun berjalan mulus," Rio tersenyum sinis, Iyel nampak tak berkutik. "Jadi ku rasa peringatan ku tadi cukup bisa menendang mu secara terhormat dari rumah ku." Lanjutnya


Iyel benar-benar lepas kendali, dengan satu pukulan, tepat mengenai wajah mulus Rio dan membuat lelaki itu tersungkur, kembali Ia melayangkan pukulannya dan begitu terus sampai Ia merasa puas. Rio hanya diam, sama sekali tidak melawan akan semua pukulan dari Iyel, karena Ia tahu Ia telah menang saat ini. "Lelaki Brengsek !." Ucap Iyel lalu melangkah pergi, meninggalkan Rio yang tersenyum penuh kemenangan walaupun darah tengah mengalir hebat dihidungnya.

"Cishh, kau kalah telak Zariel." Gumam Rio sinis. "Aku rasa akan mempercepat saja pernikahan ini." Lanjutnya kemudian

**********


Alvin hanya bisa mengamati Gadis didepannya ini yang begitu lahap sekali makan. Ia meneguk ludahnya saja saat melihat Sivia memakan makanannya seperti orang yang tidak makan satu tahun lamanya.

"Kau ini tidak makan berapa hari ?." Tanya Alvin, gadis itu nampak berpikir. "Ku rasa seharian ini belum menyentuh nasi satu butir pun." Jawab Sivia seadanya membuat Alvin menggeleng-gelengkan kepalanya atas tingkah laku sivia yang menurutnya kurang normal atau bahkan gadis ajaib ? Entahlah, yah pasti Ia selalu saja terhibur akan kepolosan gadis ini.

"Jika sudah, kita ke apartemen ku dulu. Sudah malam, jadi besok saja kita menemui Ify." Jelas Alvin, Sivia seketika melotot. "Lalu aku tidur dimana ?."

"Diapartemen ku." Jawab Alvin seadanya dan kembali akan menyuap makanannya namun Sivia menyemburkan seluruh makanan di mulutnya tepat kewajah Alvin. Alvin memejamkan matanya seketika emosinya kembali muncul akan kelakuan gadis ini yang memang tidak punya urat malu satu pun.

"SIVIA ! KAU !!." Geram Alvin. "Alvin maaf, aku tidak senga....," kalimat Sivia seketika terpotong karena tangannya diseret paksa oleh Alvin untuk keluar dari restorant tersebut dan meninggalkan beberapa lembar uang di atas meja. "Kau harus ku ajarkan bagaimana harus berterima kasih ternyata."Ucap Alvin dan hanya mendapat respon syok dari gadis manis itu.


*********

Rio memasuki kamar Ify yang memang tak terkunci, mendapati Gadis itu tengah berbaring membelakanginya.

"Ify." Panggil Rio dengan nada tinggi, cukup membuat gadis mungil itu terjaga dan mendapati Rio yang tengah menatapnya tajam. "Aku tidak menyangka kau semurah itu." Ucap Rio cepat, Ify tidak mempercayai atas ucapan Rio yang begitu Arogan dan kasar.


"Aku rasa bisa membeli mu dengan harga yang berlipat lebih banyak dari yang diberikan Zariel kepada mu." Ify tidak tahan akan ucapan Rio yang benar-benar membuat hatinya sakit. "Aku bukan baranag !." Bentak Ify sekuat tenaga yang ia punya menatap tajam mata Rio.

"Munafik ! Kau bilang membencinya ! Lalu ? Dengan mudahnya kau memeluk Iyel seperti tadi ? Ck. Sungguh perempuan rendahan yang munafik ! Katakan, berapa patokan harga yang Iyel berikan pada mu !." Rio masih saja melontarkan kata-kata kasar pada Ify, dan membuat anak sungai dipipi mungil Ify kembali mengalir.

Rio langsung membuang muka tidak ingin melihat tangisan Ify. "Kita akan segera menikah !." Ucap Rio tak terbantahkan lalu berbalik dan meninggalkan Ify yang berusaha mencerna ucapan dari kalimat terakhir Rio. Kenapa ? Kenapa Rio menjadi kasar dan suka memerintah seperti ini ? Tidak. ! Itu pasti khayalan, tidak mungkin Rio akan mempunyai 2 istri, lagi pula Ify tidak menyukai Rio dan begitu pun sebaliknya. Lalu ? Ucapan lelaki tadi ? Benarkah itu ? Jika benar ?.....
Ify terlalu pusing dengan keadaannya ditambah lagi dengan masalah baru ini, ya Tuhan ! Apa yang sebenarnya ingin kau rencanakan untuk gadis mungil tidak berdaya seperti ku.....


*******


Perempuan terbaring lemah dengan berbagai alat medis itu tiba-tiba saja membuka matanya, ini benar-benar diluar dugaan...

Ternyata saat itu dokter membatalkan operasinya karena melihat keadaan pasien ini kembali membaik dan berada dikondisi semula.

"Za...ri..el.,"



*********** 
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Frisca Ardayani Book's - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger