Home » » MY DEATH ( Part 2 )

MY DEATH ( Part 2 )


Ify menatap bingung sebuah pistol berukuran kecil yang kini tergeletak asal pada kasurnya. Lalu meneguk ludah susah, bagaimana cara menggunakan ? Memegangnya saja membuat tangannya bergetar. Sosok lelaki yang terus menjadi penolongnya disaat Ia berada pada situasi yang mencekam itu, memberikannya begitu saja dan menyuruh Ify untuk berlatih dirumah sesering mungkin. Apa ? Sesering mungkin ? Hey! Untuk menyentuhnya saja tidak berani, bagaimana bisa sesering mungkin untuk berlatih. 

------- 

Ia melangkah dengan pelan, kembali pikirannya mengingat siapa pemuda itu sebenarnya ? Siapakah namanya ? Kenapa Ia terus ada disaat Ify mengalami kejadiaan yang selalu saja membuat nyawanya melayang ?. berbagai kelabat pertanyaan berputar hebat diotaknya, membuat ify mau tak mau harus memijat kepalanya sejenak. “Ayolah, tidak seharusnya kau memikirkan pemuda itu Ify.” Gumam Ify masih terus memijat kepalanya yang pusing. 


“kau memikirkan ku ?.” Ify langsung melompat dan memandang siapa yang bersuara, Ify pun menoleh ke Belakang. Dilihatnya seseorang yang kini tengah mengayun-ayunkan senjata Apinya dengan begitu ahli lalu mengarahkan tepat dikepala Ify. “Katakan bagian mana kepalamu yang sakit, biar ku obati dengan Pistol kesayangan ku ini.” Ujarnya tersenyum sinis. 

Ify lalu waspada, kenapa Pemuda yang selalu menolongnya ini tiba-tiba ingin menembaknya. Ia seketika mundur saat sosok pemuda itu melangkah pelan kearahnya, wajah Ify kian memucat. "Mau apa kau ? Aku... Aku salah apa pada mu?." Pertanyaan dari Ify begitu membuat pemuda dihadapannya ini menahan geli akan tingkah Ify, yang benar saja dia akan membunuh Gadis ini ? Karena itu bukanlah hal yang tercatat dalam buku draft kematiannya justru gadis inilah yang akan menjadi partnernya kelak walaupun tidak ada sama sekali Ilmu yang berada pada Gadis ini, namun meningat kedua orang tua gadis ini yang awalnya adalah sepasang agen khusus, pasti Ify mempunyai Ilmu terpendam seperti menembak minimal. 

Pemuda itu tetap mengarahkan pistolnya tepat kearah Ify, Ify tersandung lalu jatuh. "Awwww." Ringis Ify saat mendapati telapak tangannya lecet 

Pemuda itu memasukkan Pistolnya pada saku. "Ck. Sudah jatuh begitu saja kau merengek, apalagi jika ku kenakan peluru ini pada kulit lembut mu itu. Mungkin kau mati ditempat." Decak pemuda itu sinis, lalu membungkuk dan mengulurkan tangannya pada Ify yang masih terduduk ditanah akibat tersandung kayu lapuk karena melangkah mundur tadi. 

Pemuda itu tersenyum manis, "Ku harap kita menjadi partner yang baik, kenalkan aku Malvin Agnosa. Kau bisa memanggil ku dengan Alvin, Leaderfy Galyssa." Pemuda yang ternyata bernama -Malvin Agnosa- , Ia menganggukkan kepalanya sebagai bahasa nonverbal agar Ify mau menyambut uluran tangannya, Ify yang masih syok darimana pemuda bernama panggilan Alvin itu tahu akan nama lengkapnya ?, namun Ia tersadar cepat dan menyambut Uluran tangan Alvin. "Tidak perlu bertanya akan hal yang tidak penting darimana aku tahu nama lengkap mu, yang jelas aku mengatakannya dengan benar, bukan?" Ujar Alvin cuek menarik kembali tangannya yang tadi digenggam Ify lalu merogoh sakunya, setelah menemukan benda yang dicarinya. Ia lemparkan begitu saja kepada Ify, Ify yang tidak siap akhirnya meloncat dan membiarkan senjata yang dilempar Alvin begitu saja ditanah. Lagi-lagi Alvin berdecak kesal lalu memungut benda itu yang ternyata senjata api jenis Flintlock. "Bagaimana kau ingin membalas dendam atas kejadian orang tua mu, jika menangkap benda ini saja seperti melihat bom." Sinis Alvin lalu meletakkan paksa pada telapak tangan Ify. 

"Ak..akuu.....ti..tidak berani." Jawab Ify cepat tapi pistol itu tetap bertengger ditangannya. "Kau harus berani !." Alvin menghembuskan nafasnya menatap malas kearah Ify. "Karena kau pemula, jadi hanya ku beri senjata ini. Namanya Flintlock, dengan Cara kerja sangat sederhana, ketika pelatuk ditarik, percikan api akan muncul dan meledakkan bubuk mesiu. Detik itu juga musuh mu rubuh seketika, Tepat Manis ! Senjata yang ku gunakan saat menolong mu di toko buku waktu lalu." 

Lelaki bermana Malvin Agnosa itu kemudian melirik jam tangannya, lalu mengangguk dan memencet salah satu tombol yang bersimbol 'S', lantas Ia menatap Ify. "Pergunakan Fintlock itu untuk berlatih sesering mungkin, siap tidak siap aku akan datang kembali dan membawa mu untuk bertarung. Sebagai adu nyali, apakah kau memang belajar atau hanya menganggurkan Fintlock itu seperti jimat. Saat pertarungan itu.....," Alvin menggantungkan kalimatnya lalu melangkah lebih mendekat kearah Ify, dengan susah payah Ify menahan ketakutannya. Alvin berhenti dan membuat Ify sedikit bernafas lega. 


"Nyawalah taruhannya ! Ingat itu," Alvin lalu pergi begitu saja meninggalkan Ify yang tengah syok dengan 2 kata terakhir yang diucapkan oleh Alvin. 'Nyawalah taruhannya, Nyawalah taruhannya, Nyawalah taruhannya." Ify menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha untuk tidak memikirkan 2 kata itu. Nyawa ? Ya Tuhan... 


---------- 


Ify tersadar, lalu menatap kembali Finlocknya. Dengan susah payah, Ia mencoba untuk meraih Finlock tersebut. Tangannya begitu bergetar saat memegangnya, Semua Peluru dengan level I dan II, Ify tahu jenis peluru itu. Jenis peluru mematikan hanya dengan bubuk mesiunya apabila bergesekan dengan udara akan menimbulkan percikan Api. "Demi Papa dan Mama, Ify akan melakukannya." 

Ify juga tahu senjata Api ini bernama Fintlock walaupun Alvin tidak menyebutkannya pun Ify sudah tahu, senjata api berukuran sedang, namun mematikan untuk pemula sepertinya. Ify mempelajari semua hal yang berhubungan dengan pembunuhan. Bahkan berbagai macam serbuk penidur atau alat pembius lainnya untuk melumpuhkan musuh sementara, ada pun juga yang mematikan, Ify mempelajari semuanya, saat Ia masih tinggal dengan Paman dan Bibinya di Eropa. Ify juga sempat membeli serbuk dan alat pembius lainnya dengan berbagai macam keampuhan dari yang level berefek Ringan sampai yang terberat atau mematikan. 

Ify menyimpan pada brankasnya, Brankas yang hanya Ia yang mengetahui. Ify belum siap menggunakannya sampai Ia berani menggunakan senjata api yang ditangannya ini terlebih dahulu, "Kapan saja maut mengintai ku, tidak ada salahnya bukan jika aku mempersiapkan diri ?." Ify melangkah kedalam Almari besar miliknya, terdapat berbagai macam jacket : jaket kulit, berbulu, swater sampai akhirnya tatapannya tertuju pada 5 jacket yang jauh berbeda dari jaket lainnya, 5 buah Jacket Safety bermacam model, Ify ingat saat itu pamannya diam-diam memberinya ke 5 jacket safety itu saat sang paman mengantarnya dibandara, saat itu bibinya tidak ikut. Yang jelas, pamannya memberitahu jika Ify akan sangat membutuhkan jacket safety itu nanti. Ify mengambil salah satu berwarna merah marun pekat, sama sekali tak terlihat itu adalah jacket safety. Ify berdecak kagum, lantas memakainya begitu pas untuk ukuran badannya. 

"Aku siap untuk memulai pertarungan ini," Ify meletakkan Fintlocknya pada saku jacket safety yang berada dibagian dalam lalu melangkah keluar rumah namun sempat Ia memasukkan beberapa alat penyadap, pisau lipat dan pembius pada saku jacketnya juga. 


******** 

Alvin tersenyum puas saat dilayar programnya menampakkan sosok Gadis itu yang mulai memberanikan diri memegang Fintlock yang Ia berikan waktu lalu, Senyum Alvin memudar saat tepukan dipundak berhasil mengejutkannya. 

Alvin melepas Early Contact yang terpasang pada telinganya, lalu menatap sosok lelaki jangkung yang tadi menepuknya. "Kau memasang CCTV disetiap sudut rumah Gadis itu ?." Tanya lelaki jangkung itu yang terus memperhatikan sosok Gadis yang tengah melangkah keluar dari rumahnya. Alvin mengangguk dan juga ikut menatap pada layar, Ia menekan salah satu tombol agar alat penyadap yang memang sudah terpasang pada jacket safety gadis itu berfungsi dan kata demi kata yang terutara dari mulut Gadis itu pun bisa didengar oleh mereka berdua. 

"Kau memang selalu bisa menjaganya dari jarak tempuh, tidak salah kau berperan penting dalam misi ini." Komentar lelaki jangkung itu membuat Alvin menatapnya bengis, "Cishh, aku melakukannya bukan demi misi. Tapi bagi Gadis ku itu, dia Gadis ku !." Sahut Alvin tajam. 

Lelaki jangkung itu tersenyum geli lalu mundur beberapa langkah kemudian merogoh saku celananya, kartu kendali yang Ia pegang diletakkannya begitu saja pada meja bundar minimalis pahatan dari Italia. "Gunakan ini untuk melacak sumbu utama penyebaran Pendetektif dari lawan, karena yang terbaca dari ku mereka mulai memencar pada sisi yang berbeda-beda. Aku takut jika Ify akan tertangkap, gunakan saja alat ini sebagai pelengkap mu selama Ify masih dalam pengawasan. Terlalu berbahaya baginya sendirian diluar, tanpa pengamanan ketat dari kita." Ucap lelaki jangkung itu, Alvin mendekat. 


"Lalu kau ? Bagaimana jika semua alat rahasia mu ini ku pergunakan dalam waktu bersamaan ? Apa tidak berbahaya untuk mu ?." Lelaki jangkung itu tersenyum penuh arti. "Pergunakan saja, gadis polos mu lebih berharga. Jika dia sudah mulai pandai, kau bisa menyerahkan kartu kendali dan senjata itu pada ku, itu pun jika Ify sudah mengetahui akan senjata api yang sebenarnya menggudang dirumahnya." Lelaki jangkung itu kemudian melangkah keluar dari ruangan, meninggalkan Alvin yang menatapnya dengan kebingungan. 

"Jadi, rumah itu ? Sebenarnya gudang senjata ? Kenapa aku melewatkan masalah ini ? Arggghhh !." Alvin segera menyimpan kartu kendali tersebut ke dalam jaketnya menggunakan early contact semacam headset pada daun telinganya, agar tidak ada yang curiga siapa Ia sebenernya. Ia mendengar jelas kemana Gadis itu akan pergi. 

"Kau menyusahkan saja, seharusnya tidak ke tempat bahaya seperti itu jika ingin berlatih, bodoh !." Alvin merutuki Gadis itu yang ternyata adalah Ify, Ia merutuki Ify karena memutuskan tempat yang salah untuk berlatih menggunakan Fintlock itu, karena daerah yang Ify tuju merupakan markas kecil pembunuhan misterius dan barbagai aksi kriminal lainnya disana. 


********** 


Seorang pelayan paruh baya setianya sebut saja -Sean- tengah berdiri dengan menunduk tepat dibelakang lelaki lumpuh dikursi roda -Dumorio Vanoruby-. Seperti mengetahui akan kedatangan pelayannya itu, Rio yang berada dikursi roda itu pun bersuara. "Ada berita apa lagi Sean ?." 

Sean pun melangkah mendekat kearah Tuan mudanya dan kembali menunduk. "Maaf Tuan, ada berita untuk Tuan mengenai Nona Leaderfy." Rio berdehem, lalu menghembuskan nafasnya kasar. "Apa lagi yang dilakukan perempuan ku ?." Suaranya terdengar tajam dan penuh kepemilikan diakhir kalimat 'perempuan ku' 

"Nona mulai melatih diri menguasai senjata jenis Fintlock tuan." Rio mengkerutkan dahinya lalu menoleh kearah Sean. "Hanya Fintlock ? Kenapa tidak menggunakan Revolver atau Pistol semi otomatis yang lebih modern ?." Sean menggelengkan kepala. 

"Untuk pemula seperti Nona, sangat rentan jika menggunakan yang melebihi kapasitas. Senjata itu pun diberikan oleh sosok misterius yang selama ini selalu menyelamatkan Nona Tuan." Adu Sean, Rio mengetatkan rahangnya kuat menahan emosi tangannya terkepal sempurna. 

"Kenapa dia selalu ada disaat Ify tengah terancam ? Kenapa selalu ada dia ? Cepat cari tahu siapa pemuda misterius itu, segera !." Perintah Rio pada sean, "Baik tuan." Sean pun segera melangkah pergi meninggalkan sang Tuan mudanya kini tengah menahan emosi yang bergejolak. 

"Cepat atau lambat. Cepat atau lambat kita akan bertemu Leaderfy, lihat saja nanti." Rio tersenyum sinis lalu menekan tombol pada kursi rodanya agar jalan dengan sendirinya. "Jika pelayan ku gagal, maka aku yang akan turun tangan nantinya." 


********** 

Perempuan cantik ini tengah memandangi sosok sang kekasih yang masih bertahan untuk menutup matanya, kepulan asap yang tengah berulang kali keluar dari bibir mungilnya hampir memenuhi kamar itu. Merasa kekasihnya itu tak kunjung bangun, Sekuat mungkin Ia menghirup batang rokoknya yang tersisa lalu menghembuskannya begitu saja tepat pada wajah kekasihnya. 

"Bangun Bodoh ! Sampai kapan kau mau tertidur seperti ini ?." Tak berapa lama sosok lelaki tampan yang tertidur itu pun membuka matanya kemudian terbatuk-batuk akibat asap rokok dari kekasihnya itu. "Uhuk uhuk, buanglah Rokok itu Agashilla." Perintahnya, perempuan yang bernama -Agashilla Rumena- itu pun langsung membuang rokoknya. 

"Sudah ku buang, dan secepatnya kau mandi lalu mengganti baju mu. Atau kau ingin ku tancapkan lagi dengan suntikan penidur itu ?." Shilla beranjak, namun lengannya segera ditahan oleh sang kekasih, "maaf telah membuat mu marah, maafkan aku sayang." Gumam lelaki itu, Shilla berbalik dan menatap kekasihnya dengan lembut. 

"Tak apa, jangan membuat hal yang sama lagi. Karena aku tidak akan memaafkan mu, segeralah mandi. Aku menunggu mu dimobil," akhirnya Shilla pun keluar dari kamar itu kemudian menutup pintu. Kekasih Shilla itu pun langsung bangun dan menghantam tembok kamarnya. 

"Perempuan Brengsek ! Kau lihat saja, apa yang akan ku lakukan pada mu. Berani sekali kau menancapkan suntikan penidur pada ku sampai-sampai aku tertidur selama 3 hari ini." Ia pun menyeringai penuh benci. "Kau akan mendapatkan hal yang setimpal setelah misi ku ini berhasil, walaupun cara mu mencintaiku terdominan kasar, tapi aku tahu kau begitu mencintai ku. Ck, kita lihat nanti dengan siapa sebenarnya kau berhadapan. Kau Agashilla, kau.... Telah masuk perangkap ku." Ucapnya sengit dan penuh penekanan yang tajam 


******** 

Ify memasuki sebuah gudang yang tak aktif lagi sebagai pabrik, Ify terus melangkah masuk ke Gudang yang cukup besar itu. Ify tahu, disinilah banyak penjahat yang bisa menjadi adu nyalinya sebagai melatih diri sebelum Ia terjun dalam pertempuran yang sebenarnya bersama lelaki itu -Malvin Agnosa-. Mungkin saja penjahat ditempat ini hanya preman-preman kecil yang tak berbakat untuk membunuh tapi handal dalam menyerbu, itulah yang dipikiran Ify saat ini. Apakah dia tak mengetahui, bahwa yang Ia hadapi saat ini adalah pembunuh misterius. Ya Tuhan Ify..... 

Ify tetap melangkah, lalu menaiki anak tangga menuju lantai atas gudang ini. Berdebu, kotor apalagi telah ditumbuhi tumbuhan menjalar dan lumut disekitarnya. "Apa aku siap berlatih dengan preman-preman itu nantinya ?." Gumam Ify takut, tapi Ia mencoba untuk terus melangkah. Sampai akhirnya Ia pun sampai didepan pintu besar, pintu renggang dan menimbulkan sedikit celah. Tanpa pikir panjang Ify pun mendekat lalu mencondongkan kepalanya pada celah pintu yang renggang itu. 

Ify meneguk ludahnya dengan susah payah, jika bisa dihitung dengan perkiraan terdapat 20 orang lebih lelaki kekar disana dengan wajah menyeramkan, mereka semua berdiskusi tentang misi pembunuhan misterius terhadap wali kota. Ya Tuhan... Ify harus mencegahnya, jangan sampai pembunuhan misterius terhadap wali kota terjadi, Ify tidak mengetahui pasti apa penyebab lelaki kekar disana ingin membunuh Walikota. Tapi yang pasti Ify harus mencegahnya, sebagai pemula mereka bukanlah tandingan yang sederajat bagi Ify. Mereka terlatih dan Profesional !! 

Ify harus pergi sebelum para pembunuh misterius itu mengetahui keberadaannya, Ify harus pergi ! 

Baru akan melangkah, Fintlock yang berada disaku jacket safety Ify terjatuh dan membuat suara cukup keras, jantung Ify terpompa cepat melebihi batas normal saat mendengar seruan para lelaki bertubuh kekar didalam sana mulai melangkah menuju pintu. 

Secepat mungkin Ify memungut Pistolnya, namun aksi melangkahnya terhenti saat mendapati seseorang lelaki tengah berdiri dihadapannya. Karena tempat ini gelap dan hanya diterangi dengan lampu yang bersinar remang-remang membuat Ify sulit untuk mengenali siapa lelaki dihadapannya. 

"Alvin ?." Ucap Ify, lelaki itu menggeleng lalu menarik lengan Ify agar ikut berlari dengannya sebelum para pembunuh itu mendapati mereka berdua. 

"Aku bukan Alvin........," 


******** 
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Frisca Ardayani Book's - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger