Home » » Baby For Alyssa ( Part 5 )

Baby For Alyssa ( Part 5 )


Zariel menghempas kasar gelas minumannya, matanya memancarkan aura menakutkan bagi siapa saja yang melihatnya. Tangan kekar miliknya sempurna terkepal kuat untuk melayangkan ke siapa saja yang berada didekatnya saat ini. Seluruh pelayan rumahnya seketika lenyap saat beberapa menit lalu Ia kumpulkan untuk dimarahi habis-habisan setelah itu kembali dibubarkan. 

Ia meraih sebuah Figura foto, tatapan matanya serasa ingin melahap sosok yang berada di Foto tersebut. Sosok itu tersenyum manis disana, Iyel mengetatkan rahangnya kembali. "Kau tahu ? Gara-gara kau semuanya kacau, Aku sangat membenci mu." 

Saat itu juga, Iyel langsung menghempaskan figura itu dengan kasarnya dilantai. Kaca figura itu yang tadinya utuh sempurna menjadi kepingan, Masih dengan kemarahan yang sangat besar. Ia lantas menginjak-injak figura itu, "Pelayan." Teriak Iyel tak sabaran. 

Semua pelayannya langsung berdatangan dengan wajah tertunduk begitu takut melihat kemarahan Iyel. "Bakar semua benda-benda apa pun yang berhubungan dengan ini." Tunjuk Iyel pada figura yang telah hancur diinjaknya. "Ta..Tapi Tuan, Itu kan...," 

Iyel menatap tajam salah satu pelayannya yang tadi bersuara. "Apa ? Tapi apa ? HAH !." Tanya Iyel garang, pelayan itu seketika pucat pasi lalu menggeleng-geleng karena takut. 

"Ganti semua benda itu dengan semua hal yang disukai IFY ! MENGERT !." Perintahnya yang sangat tidak terbantahkan, Ia lalu berbalik. "Jika sampai ketika aku pulang, masih ada satu saja benda mengenai dirinya dan lupa menggantinya dengan benda yang berhubungan dengan Ify. Aku tidak akan segan-segan memecat kalian semua, walaupun kalian telah setia selama ini dengan ku." Gumam Iyel tajam dan kembali melangkah menuju mobilnya. 

Setelah mendengar seru deruan mobil Iyel yang telah pergi, seluruh pelayan pun langsung melaksanakan perintah dari Tuan mereka -Zariel Ltuno- 


******** 


Ify masih berdiri mematung, diruangan besar nan luas ini. Ia meneguk ludahnya susah, begitu Glamour ? Itu sudah pasti. 
"Sampai kapan kau berdiri seperti itu, dan membiarkan kaki mu yang terkilir bertambah sakit Ify." Sebuah suara langsung membuat Ify tersentak lalu menoleh ke sumbernya, setelah mendapati sang sumber suara Ify berbalik penuh dan menghadap sosok yang kini melangkah pelan kearahnya dengan membawa kompresan -Argario Tersaa- 

"Duduklah," Perintah Rio, Ify mengkerutkan keningnya bingung. Rio tersenyum geli, "Aku rasa kau masih mengerti bahasa ku bukan ?, dan aku menyuruh mu untuk duduk." Rio menunjuk sofa lembutnya yang asli terbuat dari kulit dan bulu beruang kutub putih. 

"Ak..Aku.. Aku takut mengotori Sofa ini." Jawab Ify polos, Rio nampak menahan tawanya. Jadi ini ? Alasan Gadis dihadapannya ini tidak duduk sedari mereka datang kesini ? Dan memilih berdiri karena takut Sofa berbulu lembut dengan kesan warna putih bersih tanpa cacat noda sedikit pun ? Ya Tuhan.. Gadis ini begitu polos. 

"Kau tahu manfaat sofa ?." Ify mengangguk. "Katakan." Ucap Rio mulai gemas. "Untuk duduk." Jawab Ify, "jika fungsinya untuk duduk, kenapa kau masih berdiri dengan alasan takut sofa ini kotor karena kau duduki ? Duduklah." Rio mempersilahkan kembali, namun Ify tetap bergeming menatap Rio yang sama sekali belum sadar akan ekspresi Ify untuk mengintrogasinya. 


"Bagaimana bisa kau tahu aku berada di rumah Iyel ? Untuk apa kau repot-repot menolong ku untuk keluar dari sana ? Apa kau mengenal Zariel ?." Pertanyaan Ify begitu sulit sekarang dijawab oleh Rio, inilah sejak awal yang ingin Ify tanyakan saat Rio tiba-tiba saja datang dan mengetuk kaca jendela. Bukankah ini bukan sebuah kebetulan bukan ? 

"Iya aku mengenal Iyel, salah satu tetangga mu bilang kau dibawa oleh lelaki asing." Jelas Rio tenang walaupun Ia berbohong namun Ia mempu menutupinya, Mata Ify menyipit seperti tidak mempercayai . "Mengapa kau menolong ku ? Jelas-jelas kau mengenal Iyel atau mungkin kau temannya ?." Bisakah gadis ini berhenti untuk bertanya terus menerus membuat kepalanya serasa ingin pecah saja. 

"Aku akan menjelaskan semuanya tapi sekarang bukanlah saat yang tepat Ify, aku harap kau bisa menunggu sampai aku bisa menjelaskan semuanya sedetail mungkin. Yang patut kau tahu, jangan pernah berkeinginan untuk keluar dari rumah ini. Karena diluar sana Iyel sedang mengincar mu kembali, aku tidak akan menolong mu untuk yang kedua kalinya. Mengerti ?." Ucapan Rio membuat Ify semakin penasaran hal misterius apa yang sedang berjalan dihadapannya sekarang ? Apalagi perihal antara Rio dan Iyel sebenarnya ? Jika memang mereka saling kenal dan mungkin bersahabat kenapa Rio seperti sangat membenci Iyel ? Oh Tuhan... Kenapa Ify harus berada ditengah lingkaran yang begitu membelenggunya saat ini ? Dan tidak ada celah sedikit pun untuk melarikan diri, walaupun berhasil menembus lingkaran itu ? Otomatis yang terjadi adalah Ia akan terkurung pada setengah lingkaran yang menakutkan baginya. Setengah Lingkaran dari Zariel Ltuno, Setengah Lingkaran lagi dari Argario Tersaa. 

"Ku rasa kau bisa membersihkan sendiri luka pada kaki mu yang terkilir, aku ada urusan sebentar. Setelah aku datang kembali, kita menjenguk Clara dirumah sakit." Jelas Rio membuat Ify menatap Rio ingin bertanya. "Clara sakit ?." Tanya Ify cemas, Rio mengangguk. 

"Seperti yang dokter bilang, dia pasti mengalami fase demam demi kebaikan tumbuh kembangnya." Ucap Rio tersenyum, "kau masih membuat jarak dengan bayi mu ?." Lagi-lagi Ify bertanya, Rio mengangkat bahu lalu pergi melangkah begitu saja meninggalkan Ify yang masih dilanda Beribu pertanyaan dibenaknya. 

"Aku tidak habis pikir akan semua bencana ini Tuhan ? Jika ku tahu aku lebih menderita dengan tekanan-tekanan seperti ini ? Aku tidak akan pernah mau merantau ke kota. Aku lebih memilih hidup didesa saja." Desah Ify frustasi. 

------------- 

Ify mondar-mandir mengelilingi kamar yang sangat begitu luas ini, lagi-lagi Ia terlonjak kaget saat mendengar sebuah ketukan. Bukan dari ketukan pintu, melainkan ketukan kaca dari jendela besar kamar ini. Ify meneguk ludahnya susah, lalu memberanikan diri untuk menuju jendela. Dikumpulkannya seluruh keberanian, dengan satu sentakan gorden putih yang menyelimuti jendela kaca itu pun sempurna memperlihatkan siapa yang berada disana. 

Ify membelalakkan matanya, jantungnya berdegup kencang, "Buka kacanya." Suruh orang itu, Ify lalu membukanya, sosok itu langsung masuk dan mengikat kuat tali tambang yang sejak tadi melingkar dipinggang rampingnya dengan sempurna pada kaki tempat tidur kamar ini sebagai tumpuan. "Tak ada waktu lagi Ify, jika kau ingin pergi. cepatlah turun dengan tali ini, aku akan menjaga mu dibawah." Ify menoleh kearah pintu, memberanikan tekatnya. Memegang perlahan tali tambang yang telah diikat sempurna oleh sosok yang kini telah turun duluan, "Cepatlah Ify, kita tidak punya banyak waktu." Ify pun mulai melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan oleh sosok itu. 

Setelah sekian menit akhirnya mereka pun sampai dibawah dengan selamat. 

"IFYYYYYY," teriak seseorang dari kamar atas tempat Ify disekap tadi, dan Ify yakini adalah suara Iyel. Ketakutan mulai menjalar ditubuhnya, "CEPATTT TUTUP DAN KUNCI PAGAR SEKARANG JUGA." Teriak Iyel dari atas kamar, seketika Ify dan sosok itu yang ternyata adalah -Argario Tersaa- langsung sadar. 

"Aku harap kau bisa berlari cepat Ify." Ucap Rio memberi semangat, mereka langsung berlari menuju pagar dan berlari sekencang mungkin, jemari Ify begitu erat digenggam oleh Rio. Saat mendekati Pagar besar yang menjulang tinggi keatas itu hanya tersisa sedikit celah, mereka pun langsung melompat sebelum pagar itu benar-benar tertutup sempurna. Karena lompatan yang begitu mendadak membuat Ify tersungkur kakinya pun terkilir hebat, tak henti-hentinya Ia mengerang kesakitan. 

"Sakitttt...,"Rintih Ify yang masih terduduk dan memegangi kakinya yang terkilir, tanpa ingin membuang waktu Rio langsung menggendong Ify dan berlari menuju mobil yang tak jauh dari kediaman Zariel. "Tahan sebentar Ify, kita akan mengobatinya dirumah ku." 

---------- 

Seketika pipi Ify merona merah saat mengingat kejadian beberapa jam lalu. Bagaimana bisa lelaki itu malah menggendongnya dengan begitu elegan dan sangat bersikap gentlemen seperti tadi. Ify kembali menepis pikiran-pikirannya yang sepertinya mulai mengaggumi sosok -Argario Tersaa-. Apa tadi ? Mengaggumi ? Tidak, itu tidak akan mungkin terjadi lelaki itu sudah beristri bukan ? Istri ?.... Ify meneguk ludahnya susah, kembali mengedarkan pandangannya ke setiap sudut. Mencari-cari apakah istri Rio sedang berada dirumah saat ini ? Tapi sepertinya dia tidak sedang ada dirumah, lalu ? Jika nanti istri Rio sudah pulang dan bertepatan Rio belum juga pulang ? Bagaimana dengan nasibnya nanti ? Akankah Ia ditendang karena mungkin disangka perempuan tidak benar karena mengangganggu suami orang ?... 

Pikiran-pikiran buruk mulai bersemayam kembali dibenak Ify, untuk masalah ini sulit untuk ditepis. Karena menyangkut rumah tangga orang bukan ?. "Astaga apa yang harus ku lakukan sekarang ?." Gumam Ify panik seraya menggigit bibirnya karena sangat takut hal-hal buruk yang dipikirannya benar-benar terjadi. "Kenapa tidak ada satu pun pelayan dirumah ini untuk sekedar lewat ? Agar aku bisa bersembunyi sementara sampai lelaki itu datang sebelum istrinya yang datang dan mengira aku perempuan tidak benar." Jerit Ify pelan. 

"Ya tuhan...," desis Ify benar-benar frustasi. 


******** 

Rio kembali ke tempat dimana sosok kemarin yang Ia jenguk, Ia melangkah pelan memasuki ruangan itu dengan senyuman yang mengembang. Dokter memberitahunya bahwa sosok yang sangat Ia cintai itu kembali memperlihatkan perkembangannya sedikit demi sedikit. Rio ingat betul saat dokter bilang, sosok itu mulai menggerakkan tangannya walaupun belum sadar bahkan membuka matanya, tapi ini adalah sebuah pertanda bahwa sedikit banyak sistem syarafnya mulai mengalami pemulihan di waktu yang tak terduga saat ini. 

Bagaimana Rio tidak senang ? Itu artinya waktu mereka sedikit lagi akan bersama, bukan ?. Raut wajah Rio seketika berubah, bersatu ? Apa mungkin ?. Ia melirik cincin emas putih yang melingkar dijemari mungil sosok itu pada tangan kirinya, Rio lalu menarik jemari itu lalu mencoba melepaskan cincin yang melingkar disana. Tidak ! Itu tetap tidak bisa, sudah berulang kali Ia melakukannya bahkan selama sosok ini koma selama itu juga dia berusaha untuk melepaskannya. Rio kembali duduk seraya memijit pangkal hidung mancungnya. "Apa yang kau lakukan Rio ?."Gumam Rio Frustasi lalu Ia memejamkan matanya setelah itu membuka kembali menatap sosok yang masih betah tertidur pulas ini dengan begitu tenang dan teduh. 

"Sekuat itu kah cinta mu ? Sampai-sampai kau tidak mau melepaskan cincin itu, Agnissya ?." Gumam Rio tersenyum masih tetap menatap sayu sosok itu yang ternyata adalah -Agnissya- 

--------------- 

-Agnissya Gissel Velonda- Sosok yang terbaring lemah dan tak pernah sadarkan diri ini setelah mengalami kecelakaan transportasi saat Ia tengah hamil Tua. Ia pun akhirnya harus melahirkan saat itu juga dengan sistem Operasi dan dengan kepastian Bayinya Prematur, dikarenakan usia kandungannya belum begitu genap 9 bulan. Belum lagi kecelakaan yang Ia alami sudah dokter pastikan walaupun Operasi berlangsung lancar nantinya tetap akan menimbulkan 75% efek buruk yaitu menganggu berbagai sistem syarafnya hingga banyak sel syaraf penting yang mati atau ternonaktif, dia akan mengalami Koma, dan jika pun sadar akan terjadi kelumpuhan permanen. 

Saat Informasi tertangkap jelas oleh alat Indera pendengar Rio, seketika tubuhnya melemas Ia pun terduduk di depan ruangan dimana tempat Agni tengah memperjuangkan nyawanya. Bayi perempuan yang begitu mirip dengan perawakan Ibunya itu pun mula dibawa ke ruang Inkubator khusus Bayi, walaupun sebelumnya bayi itu sempat diperlihatkan oleh suster kepada Rio. Rio hanya menatapnya sekilas lalu menyuruh suster untuk membawa saja ke ruang Inkubator karena sedikit pun Ia tidak tertarik untuk melihatnya, Tak selang berapa lama Dokter yang kemudian keluar lalu mencari nama -Tuan Argario-. Rio langsung menghampiri kemudian dipersilahkan dokter untuk masuk karena Agni sempat sadar sebentar dan ingin berbicara dengannya. Waktu itu begitu singkat hanya terukur 2 menit bahkan mungkin tak sampai, karena Agni kembali tak sadarkan diri saat mengucapkan... 

"Perlakukan Dia Sebaik Mungkin, Jaga dia Rio. Ku mohon," setelah mengucapkan kalimat itu, kalimat terakhir yang sampai saat ini masih diingat Rio begitu jelas. Kalimat yang membuat Rio luluh seketika padahal sebelumnya sudah bersiap untuk membenci Bayi perempuan itu. 

---------- 

Rio kembali sadar dari lamunannya dan menatap Agni yang masih terbaring kaku, alih-alih kembali mengedarkan pandangannya pada cincin emas putih yang melingkar pada jari manis kiri Agni. Ia lalu kembali tersenyum, "Aku akan menjaga Clara untuk mu, sampai kau sadar Agni. Aku tidak peduli bagaimana kondisi mu nanti saat telah sadar." Kembali Rio bergumam, gumaman yang begitu pasti. 

"Aku mencintai mu sayang, aku mencintai mu." Kembali Ia mengecup kening Agni lembut, lalu berbalik badan untuk pergi. Seketika Ia tertegun, dengan apa yang Ia lihat dihadapannya saat ini. 

"Kenapa ? kau terkejut ?." Tanya sosok yang kini bersandar diambang pintu dengan kedua tangannya bertengger manis didalam saku celana kerjanya, memberi kesan ketampanan yang khas dan kharismatik. Dia menatap Rio lalu tersenyum sinis, menegakkan tubuhnya sehingga berdiri tegap dan sempurna. "Sungguh, sesuatu hal yang MEMALUKAN !." Sosok itu memberikan kata penekanan diakhir kalimatnya, Rio menggeram lantas mulai mengepal tangannya kuat berusaha menahan emosi. 

Sosok itu menghela nafas kasar, lalu melangkah kearah Rio. "Kau sepertinya sudah berhasil mengambil semuanya dari ku Rio." Sosok itu menatap Rio sekilas lalu berganti pada sosok yang terbaring lemas disana -Agnissya-. "Bagaimana kondisi perempuan setangah hidup mati ini ? Sangat begitu tragis sekali perempuan mu ini Rio, aku turut bersedih." Ucap Iyel sadis lalu melangkah pelan ingin melewati Rio, namun dengan cepat Rio menahannya. 

"Jangan pernah mendekatinya, apalagi menyentuhnya Zariel Ltuno." Ancam Rio masih dengan kemarahan yang tertahan, sosok itu ternyata adalah -Zariel Ltuno-. Ia mengangkat alisnya sebelah menepis tangan Rio yang saat itu menyentuh pundaknya agar tidak mendekati Agni yang terbaring disana. 

"Oke baiklah," Ucap Iyel mulai mundur. "Aku kemari hanya ingin kau mengembalikan Ify ku ?." Ucap Iyel dengan nada penuh kepemilikan, membuat Rio berdecak hina mendengar kalimat yang baru saja dilontarkan oleh Iyel. "Kau pikir dia mau dengan mu ?." Kalimat Rio sebagai penghinaan telak kepadanya, dengan refleks dan Rio yang tak sadar akan situasi. Iyel melayangkan satu pukulan penuh kewajah Rio. Membuatnya tersungkur, seketika darah mengalir pada sudut bibirnya. 

"Itu balasan atas pertanyaan mu tadi." Zariel berbalik lalu meninggalkan ruangan itu, Rio tersenyum sinis karena Ia merasa menang. "Kau tidak akan bisa berbuat apa pun Iyel, karena aku berada diposisi tertinggi." Ucap Rio licik lalu menepis darah disudut bibirnya dengan kasar 


********* 


Iyel mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, Emosi sejak tadi ingin Ia luapkan malahan menjadi memuncak atas ucapan Rio saat diruangan tadi. Ia mengetatkan rahangnya, begitu geram dan merasa terkalahkan. Ia sudah kalah telak sebenarnya, tidak ada yang bisa ia lakukan selain berdiam disaat Rio lengah. Rencana untuk membawa Ify secara paksa ke rumahnya itu tidak akan mungkin terjadi, sama saja Ia menyerahkan diri ke polisi atas tuduhan pelecehan terhadap perempuan. Dan Rio tidak akan segan-segan melakukan itu padanya, Iyel kembali mengumpat kesal. 

"Arggghhhsss, Sedikit saja kau mempercayai ku Ify. Semuanya tidak akan seperti ini." Gumam Iyel lelah. "Kenapa kau begitu mempercayai lelaki yang baru kau kenal ? Daripada aku yang lebih dulu mengenal mu ?." 

"Bagaimana lagi cara ku untuk membuat mu tetap disamping ku ? Bagaimana lagi cara ku agar kau bisa mempercayai ku ?Bagaimana lagi Ify ! Bagaimana?." Iyel langsung memberhentikan mobilnya dijalanan yang sepi dan dipastikan tak akan ada kendaraan apa pun yang akan lewat sini. Ia memegang setir mobil dengan lemas, menidurkan kepalanya disana. Tubuhnya bergetar samar, Isakan pelan terdengar juga begitu samar. Menangiskah seorang Zariel saat ini ? Benarkah itu ? 

"Apalagi yang harus ku lakukan Ify, APA ?!." 


*********** 


Rio memasuki rumahnya dengan langkah yang elegan, walaupun sekarang pakaiannya telah berantakan apalagi dengan bibir yang terluka. Ia mengadahkan pandangannya tidak mendapati tubuh mungil yang Ia tinggalkan 2 jam lalu diruang ini, lalu seorang pelayan mendekatinya. 

"Tuan mencari Nona Ify ?." Tanya sang Pelayan wanita paruh baya, Rio mengangguk. "Iya, kemana dia? Seingat ku dia ku suruh berdiam dulu disini ? Apa dia lelah menunggu, lalu kau telah mengantarkannya ke kamar ?." Tanya Rio bertubi-tubi. "Tidak tuan, Nona berada dikamar saya." Jawab pelayannya takut, Rio mengangkat alisnya sebelah. 

"Kenapa dia berada dikamar mu ? Kau tidak memberikan kamar untuknya ?."Rio mulai bergumam marah. "Tidak Tuan,Tidak. Itu atas kemauan Nona sendiri, Nona bilang dia takut jika Istri Tuan datang dan mendapati kehadiran gadis asing dirumah ini." Jelas sang pelayan lalu menunduk, membuat Rio tersenyum kecil seraya menggeleng. 'Benar-benar gadis polos,' pikirnya. 


"Dia sudah makan ?." Pelayan kembali mengangguk. "Nona awalnya juga tidak mau saya paksa makan diruang makan, saya lalu membawakan nampan isi makanan ke kamar, saya kembali memaksanya jika tidak mau makan maka saya yang akan dipecat. Akhirnya nona mau makan." Adu sang pelayan kembali, membuat Rio menghela nafasnya frustasi mendapati kelakuan gadis itu yang sepertinya sangat keras kepala. 

"Kalau begitu suruh dia menemui ku. Aku ingin mengajaknya menjenguk Clara." Perinta Rio 

"Nona telah tertidur Tuan saat selesai makan tadi," Rio nampak berpikir. "Siapkan kamar atas disebelah kamar ku, dia akan tidur disitu bukan dikamar tamu. Lekaslah." Setelah memerintahkan kalimat itu, Rio melangkah santai kekamar pelayannya untuk melihat Ify. Ia berniat untuk menggendong perempuan mungil itu dimana seharusnya Ia berada, bukan ditempat pelayannya. 

"Dasar gadis polos yang bodoh, kau benar-benar menyusahkan." Gumam Rio lalu langsung melangkah kedalam kamar pelayannya. 


********* 


Ify telah siap dengan pakaian barunya yang beberapa menit lalu disiapkan oleh pelayan rumah Rio, Pelayan itu bilang Ify harus memakainya dan juga insiden semalam bahwa Ia digendong oleh Rio sendiri ke kamar ini. Kamar yang tepat bersebelahan dengan kamar Rio, seketika pipi Ify diselimuti rona merah. Malu ? Sudah pasti. Bagaimana Ia bertindak nanti jika dihadapan Rio ? Ia menghela nafasnya lalu melangkah untuk menuju lantai bawah dimana Rio sedang menunggunya untuk berkunjung ke Rumah Sakit menemui Clara. 

Seharusnya Ia tidak tidur semalam, mungkin saja Rio marah atau kecewa karena Ia tertidur terlalu cepat. Tapi itu semata-mata karena Ia sangat begitu lelah, belum melangkah keluar dari kamar. Ia malah melirik ke arah jam dinding besar kamar ini, ini kan tepat pukul yang sering Ia pergunakan untuk Sholat Dhuha dahulu beberapa menit. 

Tapi sekarang ? Ia tidak membawa satu pun pakaian dari rumahnya apalagi peralatan Sholatnya. Ify mendengus sebal atas perbuatan Zariel yang seenaknya kemarin, apa dia harus meminjam kembali peralatan sholat dari pelayan Rio seperti Sholat subuh tadi ?, Tak ada hal lain selain meminjamnya kembali, Ia pun bergegas menuju kamar pelayan Rio. Tapi ternyata Ia malah bertemu dengan Tuan rumah ini -Argario Tersaa-. 

"Kenapa kau berlari seperti itu ? Aku sudah menunggu sedari tadi." Ucap Rio kesal. "Aku.. Aku ingin Sholat sebentar." Rio mengkerutkan keningnya 


"Kenapa ?." Tanya Ify bingung. "Sholat apa pagi ini ? Yang ku tahu hanya ada 5 waktu bukan ?." Jawab Rio seadanya karena hanya itu yang Ia tahu. 

"Kau ini muslim atau bukan ?, Aku ingin mengerjakan sholat sunnah. Aku kembali beberapa menit lagi setelah selesai." Ucap Ify mulai melangkah kembali. "Maaf, Aku seorang Mu'alaf beberapa bulan lalu. Hanya sebagian kewajiban agama yang baru ku pelajari, belum menjalar ke seluruhan tapi aku baru akan mempelajarinya," Sukses membuat Ify memberhentikan langkahnya dan tertegun. 


************* 


Iyel memasuki ruangan kerjanya dan mendapati pengacaranya berada disana, membuatnya tersenyum simpul dengan penuh arti. 

Ia melangkah pelan, lalu menjabat uluran tangan pengacaranya. "Terima kasih sudah datang kembali Tuan Phalvin Sena." Ucap Iyel tertawa geli, pengacaranya itu pun langsung menepis tangan Iyel dengan kasar. "Buruk sekali sepertinya, sampai-sampai kau memanggil ku lagi Yel." Gumam pengacaranya kesal yang ternyata adalah sahabatnya sendiri yaitu -Phalvin Sena- yang memang berprofesi sebagai Pengacara dan Ia merupakan Pengacara muda yang cukup terkenal dan sering menggunakan jasanya hanya untuk diperkenankan pada orang-orang penting saja dan berkelas tinggi. 

"Apalagi yang kau inginkan Yel ? Sepertinya sangat buruk. Kau tidak ingin menyuruhku menghipnotis lagi bukan ? Aku membenci hal itu." Ucap Alvin, Iyel tertawa pandangannya menerawang. "Aku tidak akan menyuruh mu melakukan hal bodoh itu lagi Alvin. Aku menginginkan kau melakukan hal yang sepantasnya mengenai Profesi mu yang sebenarnya," Ucap Iyel tersenyum licik, dan mendapat anggukan pertanda setuju dari Alvin karena memang itulah pekerjaannya sebagai Pengacara. 
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Frisca Ardayani Book's - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger