Home » » Baby For Alyssa ( Part 1 )

Baby For Alyssa ( Part 1 )


Judul. :: Baby For Alyssa 
Author :: Frisca Ay 


****** 


-Stefy Missel Alyssa- itulah nama lengkap gadis mungil ini, tak henti-hentinya ia berjingkrak-jingkrak tak jelas ditaman sana, lalu berputar seraya memegang kertas yang bersumber dari kebahagiaannya, mencium, memeluk erat kertas itu agar tidak ada seorang pun yang bisa melihatnya atau mengambil kertas yang ia peluk itu. 

Sebuah Brosur Pekerjaan ! Otaknya terus berputar akhirnya saat yang ia impi-impikan akan terjadi, ia akan bekerja. Yah bekerja disebuah perusahaan besar, walaupun pekerjaannya sebagai Office Boy ? Tak apalah, toh asal dia punya pekerjaan itu sudah lebih dari cukup untuk menghidupi dirinya di tengah kota metropolitan ini. Senyuman terus mengembang pada bibir tipisnya yang merah delima, 'aku bekerja.' Itulah ejaan yang terus berputar pada otaknya. 

Ia menghentikan kegiatan senyum-senyum tak jelasnya lalu tersadar akan sesuatu. Yah ! Ia harus cepat ke Perusahaan itu, mengingat batas waktu terakhir hari ini pada jam 12 siang apalagi perjalanan menuju perusahaan itu cukup jauh untuk pejalan kaki sepertinya. Ia melirik jam tangannya lalu berteriak histeris 1 jam lagi tepat jam 12 siang, Ia pun loncat setengah berlari tak lupa membawa mapnya yang sejak tadi tergeletak tak berdaya pada bangku yang ia tempati sejak awal. 


*********** 


Lelaki dewasa ini sejak tadi mondar mandir diruangannya, seluruh pekerjaannya tidak sedikitpun ia kerjakan. Jangankan dikerjakan disentuh saja tidak, pikirannya berkelana entah kemana. Ia pun mengedarkan arah pandangan ke luar ruangan, ia mendesah kasar. 

Tak adakah sedikit saja pikirannya itu berlalu sebentar, agar ia bisa menjalani aktivitasnya dengan lancar. 

Sebuah ketukan pintu pun langsung membuyarkan lamunannya, "Masuk." Ucapnya kemudian lalu kembali duduk ke kursi jabatan tingginnya. 

"Maaf pak sebelumnya," Ucap salah satu pegawai kepercayaannya, lelaki itu mengernyitkan kening sepertinya ada sesuatu firasat buruk, dan mungkin ada lebih buruk dari itu. 

Ia mengedarkan pandangannya lalu kembali mengkerutkan kening. "Dimana Clara ?." Tanyanya kemudian, sang pegawai hanya bisa menelan ludahnya susah. "Ma..Maka dari itu Pak, sa.. Saya...," kembali Ia menelan ludahnya, menatap dengan permohonan maaf kepada atasannya ini. 


"No..Nona Kecil.. Hilang." Mata sang Atasannya itu terbelalak tak percaya, Tatapannya berubah. Tak adalagi tatapan ramah seperti tadi, yang ada hanyalah tatapan murka. Pegawainya itu pun hanya bisa menunduk sedalam mungkin tak berani sedikit pun menatap sang Atasannya yang begitu sangat marah. 


"Kenapa bisa lepas dari perhatian kalian semua Hah ? Kau tahu ? Dia masih terlalu kecil untuk kabur ! Merangkak saja susah untuknya !." Desahan nafas sang Atasannya tidak teratur, emosinya begitu ingin meledak. Betapa tidak ? Ini menyangkut hal yg penting dari dirinya. 


"Aku tidak mau tahu, cari Putriku. Hubungi polisi sekarang juga beri keterangan lengkap." Setelah mengucapkan perintahnya, Ia pun langsung menyambar jas juga kunci mobil. Bergerak cepat sebelum terlambat, ia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi. 


Selama diperjalanan ia mengumpat kesal, bagaimana mungkin orang-orang yang sudah diperintahnya begitu banyak bisa lengah dengan sosok kecil yang sangat begitu polos bahkan tidak bisa apa-apa, Hanya bisa merangkak ? Itu pun susah, mengingat baru 1 minggu yang lalu putri kecilnya itu bisa merangkak. Dan sekarang ? Baru bisa merangkak saja, sudah membawa keburukan. Ya Tuhan ? Ia tidak akan memaafkan dirinya jika putri kecilnya terjadi sesuatu. 

"Bisakah kau tidak nakal seperti Ibu mu Nak," Desahnya pelan, kepalanya begitu pusing sekali. Tapi tetap tidak akan putus asa untuk mencari putrinya itu, Terus saja kepalanya menoleh kekiri dan kekanan menelusuri trotoar jalan, takut-takut putrinya itu tidak jauh untuk merangkak. Untungnya hari ini sangat bersahabat, Mendung ! Apa ? Mendung ? Dan itu berarti cepat atau lambat akan turun Hujan ? Astaga ! Lagi-lagi ia mengumpat kesal, kecemasannya begitu sangat memuncak. 

Ia melirik ponselnya, tak ada sama sekali informasi dari orang-orang suruhannya. 

"Clara, kau dimana sayang." Ia terus bergumam tidak jelas, hatinya begitu kalut ditambah lagi pikiran-pikiran lain yang begitu membeban dikepalanya. 


******* 

Ify baru saja selesai menemui manager perusahaan tempat dimana ia melamar kerja, sebagaimana yang tertera pada brosur kerja yang ia dapatkan ditaman 1 jam yang lalu tadi. Senyuman lagi-lagi mengembang dibirnya, dengan langkah ringan Ia bersenandung gembira. Ia diterima bekerja disana, dengan masa Orientasi pengawasan 5 hari ! Yah katakan saja seminggu karena tak mungkin pegawai bekerja pada hari Sabtu dan Minggu. Ia telah berburuk sangka pada dewi fortuna yang ia anggap selalu membawa kesialan baginya, Maka dari itu ia ingin Sholat Dzuhur mengingat waktunya telah lewat sedikit sekaligus ingin memanjatkan do'a untuk keberuntungannya hari ini dan juga do'a untuk kedua orang tuanya yang disana. 

"Ayah, Ibu. Tidakkah kalian tersenyum disana ?." Ia menatap keatas langit, "Sebentar lagi aku akan bekerja, tidak usah mengkhawatirkan aku lagi. Aku baik-baik saja disini, kalian juga baik-baik disana ya." Ia pun lalu tersenyum, kembali melangkah untuk menyebrang jalan pada ZebraCross. 

Ify langsung terlonjak kaget, matanya tak luput dari ZebraCross. Jantungnya terpompa begitu kencang, Matanya masih melotot tak percaya menguceknya berulang kali. BAYI MERANGKAK DISANA. Tanpa aba-aba diapun berlari kearah ZebraCross, dia harus menyelamatkannya ! Tidak ada jalan lain untunglah jalanan sedikit legang. 

"Ya Tuhan. Dimana Ibu mu ?." Tanya Ify kepada Bayi perempuan saat itu digendongannya. Lucu ! Penilaian Ify yang pertama, Bayi itu tersenyum senang saat Ify mencium lembut pipinya yang begitu berisi, bibirnya sangat tipis seperti tidak mempunyai bibir pikir Ify geli, hidungnya mancung dan rambutnya yang lembut tebal setengkuk berwarna pirang. 

"Menggemaskan sekali anak ini." Ify terus memperhatikan bayi itu yang kini memainkan kancing kemeja Ify yang berwarni-warni. "Ini bukan mainan sayang, dimana Ibu mu ? Kenapa kau bisa merangkak disini. Bahaya sekali, kau tahu ?." Ify berbicara seolah-olah lawan bicaranya orang dewasa. 

Ify melihat kalung yang melingkar indah pada leher bayi itu, 'CLARA'. Lalu Ify tersenyum, "Nama kau Clara ? Nama yang bagus sayang. Disini bukan tempat yang bagus untuk mu kecil, Ibumu pasti mengkhawatirkan mu. Ayo kita kekantor polisi agar kau bisa bertemu Ibumu secepat mungkin." Ucap Ify sambil tersenyum tak lupa mencium kembali pipi berisi Clara. 


Saat akan kembali ke Trotoar jalan, sebuah mobil melaju kencang dari arah kanan. Dan saat itu Ify belum sadar akan ancaman nyawa yang sebentar lagi akan dihadapinya, setelah mobil itu mulai sangat dekat dengan bunyi klakson yang begitu nyaring barulah Ify sadar dan menoleh. 


"Aaaaaaaaaaaaaaa." 


********** 


"Ya Tuhan Clara, kemana lagi Ayah mencari mu." Lelaki ini mendesah frustasi, rambutnya yang tadi rapi telah acak-acakkan dan dasi yang tadi juga masih rapi ? Telah ia longgarkan dengan kasar, matanya mulai sayu. 

Dengan kecepatan penuh ia pun terus menggas mobilnya, karena jalanan yang memang sepi dan lengang. Tak lupa pandangannya menelusuri setiap trotoar di kiri maupun di kanan. Sampai akhirnya dia sadar bahwa didepan sana ada seorang perempuan yang akan menyebrang jalan. 

Refleks Ia pun menginjak Rem... 

#CITTTTTTTTTT 


********* 

"Aaaaaaaaaaaaaa." Ify memeluk erat Clara, agar bayi mungil itu terjaga olehnya. Dia hanya bisa pasrah apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi tunggu ? Kenapa rasanya tidak sama sekali ia terpental atau menubruk mobil ? Apakah Ia sudah Mati ? Sehingga tidak merasakan sesuatu yang menyakitinya ? 

Tapii... 

"Mu..mu..mu." Ify langsung sadar dan menoleh kearah Clara, bayi itu mencoba menyadarkannya dengan bersuara lucu. Ify tersenyum haru, "kau selamat sayang, Yah ! Kita selamat." Ucap Ify kemudian lalu mencium kembali Clara. 


"Nona ? Apa kau tidak..... Clara !." Seseorang langsung menyadarkan Ify kembali dari harunya, menatap tajam kearah Pria dewasa yang kini mematung dihadapannya. Emosi Ify langsung memuncak dengan satu hentakan tepat mengenai kaki yang terbungkus sepatu kulit mahal itu mampu membuat siempunya berteriak kesakitan. 

"Hey! Apa yang kau lakukan, Arrgghhh." Erangnya kemudian sambil memegang kakinya akibat korban injakan dari Ify. 

"Itu bayaran, karena kau hampir saja membuat 2 nyawa hampir melayang." Ucap Ify cuek, Pria itu menatap Ify lalu kembali menatap bayi yang digendongan Ify. 

"Kembalikan anak ku," Ify mengernyit. "Sayang Clara, ayo pulang." Sambung Pria itu membuat Ify mundur 2 langkah. 

"Kau pasti seorang penjahat yang berniat untuk menculik bayi ini, aku tidak akan membiarkan kau mengambilnya. Aku akan melaporkan mu pada polisi." Semprot Ify penuh marah ia begitu menjaga Clara dipelukannya. "Hey Nona ! Dia anak ku." 

"Anak mu ?." Tanya Ify kembali, Pria itu mengangguk antusias. Ify mulai menelusuri pakaian pria didepannya ini lalu tertegun, tapi Ia tidak sebodoh itu untuk percaya. 

"Apa buktinya ?." Tanya Ify lagi masih tak percaya, Pria itu menatap Ify dengan tatapan mencemooh. "Namanya Clara dia mempunyai kalung bernama dilehernya kau bisa Cek sendiri." Kini giliran Ify yang tertegun tak bisa mengelak lagi itu memang benar. Pria itu mendesah pelan, "pegang kartu nama ku jika aku berbohong," Pria itu langsung memberikan kartu namanya pada Ify, Ify masih diam membisu. 


"Dan sekarang, bisakah kau meletakkan putri ku dimobil ?." Pintanya kemudian, Ify menatap bingung. Bukankah ? Jika ini anaknya dia harus menggendong sendiri untuk membawanya pulang. 

"Kenapa tidak kau saja yang menggendongnya, ini." Ify langsung menyodorkan dengan lembut Clara pada Pria itu, sukses membuat Ify cengo karena Pria yang mengaku ayah Clara itu malah loncat dan mundur beberapa langkah. "Ku bilang masukkan saja dia ke mobil !." 

"Kau ini kenapa ? Dia anak mu ! Jadi kau yang harus menggendongnya sendiri." 

"Aku bilang letakkan saja dia didalam mobil," dengan tatapan aneh dan tajam. Ify pun menurutinya. "Ehhhhh, jangan disamping ku. Dijok belakang," kali ini Ify benar-benar syok ! Bagaimana tidak ? Pria ini seolah-olah menganggap putrinya sendiri, anaknya sendiri seperti sesuatu yang menakutkan ! Astaga, Ya Tuhan ? Masih adakah Ayah seperti ini ? baru saja tadi dia mengkhawatirkannya anaknya. 

Tanpa ingin melawan Ify pun menurutinya lagi, Rio mendekati Ify lalu memasukkan 'cek Uang' pada tas perempuan itu tanpa Ify sadari karena sibuk memasukkan Clara dalam mobil. 

"Kau Ayah GILA." Semprot Ify tajam tepat kearah mata Pria itu. "Terserah mu mau menilai ku seperti apa. Yang jelas, terima kasih telah menyelamatkan anak ku." Pria itu pun menggas pelan mobilnya meninggalkan Ify yang masih tidak habis pikir dengan kelakuan Ayah semacam itu ? Apalagi putrinya masih kecil dan sangat polos tidak mengerti apa-apa. Ify menggeleng-gelengkan kepalanya, kejadian aneh hari ini sukses membuatnya lupa akan kebahagiaannya beberapa saat lalu. 


******** 


Beberapa menit kemudian saat meninggalkan tempat tadi, Clara menangis begitu kencang dan membuat Pria itu tidak tahu harus berbuat apa. Ia mengacak rambutnya fristasi... 


"Clara, bisakah berdiam sebentar Nak ? Ayah tidak akan konsen kalau kau menangis begini." Ucap Pria itu pelan sambil melirik kearah Clara yang masih betah dengan acara menangisnya. 


"Sayang, hei ! Bisakah berdiam sebentar ? Sebentar lagi kita akan sampai." Sambungnya dan malahan Clara bertambah nangis, tidak sedikitpun aksi untuk berdiam. 


"Ya Tuhan ! Bagaimana ini." Jeritnya... 


********* 


Ify mengantarkan secangkir kopi ke sebuah ruangan yang disebut-sebut sebagai pemimpin Perusahaan tempat ia bekerja sekarang. Yah ! Hari ini adalah hari pertamanya untuk diuji coba selama seminggu sebelum benar-benar menjadi OB di Perusahaan ini. 

Ify mengetuk pintu, namun tidak ada yang suara yang menyuruhnya masuk. Dengan nekat, Ify pun membuka pintu itu dan berjalan pelan menuju meja sang Pemimpin lalu meletakkan secangkir kopi wangi yang baru saja ia buat. 

Ify pun langsung berbalik badan untuk segera kembali, tapi dia seperti menubruk sesuatu yang begitu dekat dengannya. Ify tertegun lalu mendongak karena orang itu begitu tinggi darinya, "Apakah ini bosnya ?." 


"IFY ?." Ucap Orang itu seraya tersenyum lebar, sedangkan Ify ? Dia syok dan mundur beberapa langkah. 


"Kau benar-benar Ify kan ? Astaga Ify, Aku merindukan mu." Secepat kilat orang yang dihadapannya itu merengkuh Ify begitu saja, dan Ify ? Dia benar-benar tidak habis pikir dengan acara kebetulan ini. 
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Frisca Ardayani Book's - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger