Home » » Baby For Alyssa ( Part 3 )

Baby For Alyssa ( Part 3 )


*********** 

Ify memegang daun Pintu rumah kontrakannya, merogoh tas lalu setelah mendapatkan besi mungil yang menjadi kunci rumah kontrakannya ini langsung ia masukkan kebagian pengunci. 

Tapi tunggu ? Ify mengernyitkan dahinya, ditekannya kebawah daun pintu itu dan ternyata 'Terbuka'. Ada apa ini ? Kenapa Pintu rumahnya bisa dibuka tanpa menggunakan kunci ? Apakah ada orang yang masuk kedalam rumahnya ? Atau bahkan Ia yang lupa mengunci Pintu sebelum pergi bekerja ?. Seketika jantung Ify berdegup kencang, takut-takut dugaannya tepat. Pikiran-pikiran negative itu segera ia tepis, tidak mungkin ada orang yang mau masuk ke rumah kontrakannya ini bukan ? Harta ? Dia tidak mempunyai harta yang bisa dijual ! Uang ? Apalagi itu, Ify hanya mempunyai uang hasil dari pengontrakan rumah didesa saja, itu pun selalu ia bawa didalam tas mungilnya dan jumlahnya sangatlah sedikit mampu sajalah untuk menghidupi Ify untuk makan sehari-hari dan membayar uang bulanan rumah kontrakannya ini. 

Ia melangkahkan kakinya pelan menuju kedalam rumah, Gelap ! Tentu saja gelap, Ia baru pulang semenjak Ia mampir ke Perusahaan Ayah Clara, bayi mungil yg telah menarik perhatiannya. Ify berjalan dalam kegelapan untuk menyalakan lampu .... 

*Brukkkkk* 

Ify terdiam, meneguk ludahnya susah payah. Apa ini ? Apa yg Ia tabrak ? Yang Ia tahu, Ia tidak pernah meletakkan sesuatu apa pun di dekat sini. Tunggu ? Aroma parfum ? Begitu maskulin, Mata Ify seketika terbelalak dan langsung mendongak saat lampu seketika menyala sempurna. Menampakkan sesosok lelaki tampan yang kini tengah tersenyum manis namun tersirat kemarahan disana, Kedua tangannya sengaja Ia masukkan kedalam saku celana kerjanya menambah ketampanan yang khas. 

Ify tertegun, masih betah menatap. Sekian detik Ify melangkah mundur, "Bagaimana bisa, kau....." Ify tak bisa melanjutkan lagi kalimatnya karena takut, masih terus mundur sampai akhirnya Ia pun berhenti karena terhenti dipintu. Lelaki itu masih betah tersenyum manis kearahnya, yang Ify takutkan adalah matanya ! Matanya begitu menakutkan dan menyimpan kemarahan disana. 

"PERGI !." Teriak Ify yang benar-benar takut, Lelaki itu menaikkan satu alisnya. Ia melangkah mendekat kearah Ify, jarak diantara mereka begitu sangat dekat. Ify sudah gemetar dan wajahnya seketika pucat pasi, Lelaki itu mendekatkan wajahnya tepat diwajah Ify hanya berjarak 5 centi. Jantung gadis ini mulai tidak karuan memompa, mau tidak mau ia harus menatap mata itu seakan-akan menatang, padahal sama sekali tidak ada keberanian sedikit pun. 

"Bagaimana aku bisa pergi sesuai permintaan mu itu, jika kau masih melindungi daun pintu dari ku." Suaranya begitu lembut, ada senyuman disana tetap mata itu masih menyimpan kemarahan yang tertahan. Ify seketika Syok tidak menyangka akan kalimat itu yang diucapkan, tanpa sadar Ify menggeser posisi dan tidak lagi berada di pintu. 

Lelaki itu mulai membuka pintu, Ia tahu bahwa Ify melihat dengan jelas cahaya matanya yang menyimpan kemarahan. "Tepat sayang, Aku sebenarnya ingin memarahi mu malam ini....," Ia menggantungkan kalimatnya menatap Ify begitu syok. 

"Tapi aku tahu, kau begitu lelah dan letih karena pekerjaan mu yang mungkin lembur ditempat kerja kedua mu itu." Sambungnya. "Aku akan memberikan jabatan tertinggi diperusahaan ku dengan gaji yang lumayan cukup untuk hidup mewah, jika kau bisa meninggalkan tempat kerja mu yang kau kunjungi tadi sore." Kalimat tadi cukup Ify mengerti sebagai sebuah Perintah ! Perintah yang tak terbantahkan. Lelaki itu telah pergi, Ify seketika terduduk dilantai. Otaknya bekerja mati-matian untuk memikirkan kalimat lelaki itu. 

Apa maksudnya pekerjaan ditempat kedua ? Kerja lembur ditempat kedua ? Sebuah jabatan ? Kemewahan ?. Apakah lelaki itu membuntutinya saat Ia berkunjung ke Perusahaan GARDIAN Group ? Benarkah itu ? Tapi firasatnya menunjukkan bahwa yang lelaki itu maksud, Tempat kedua mungkin Perusahaan Gardian. Dia mungkin melihat Ify masuk kesana dan mengira Ify juga bekerja double ditempat itu. Lalu ? Bagaimana Lelaki itu mengetahui alamat rumahnya dan bisa masuk kedalam rumah ini dengan mudahnya ?. Pasti lelaki itu telah menggunakan jasa seseorang untuk mengetahui dimana Ify tinggal sekarang, dan soal Ia bisa masuk kerumah ini ? Mungkin jawabannya adalah Pemilik rumah kontrakan ini, bisa saja Ibu pemilik rumah ini terpesona akan ketampanan lelaki itu jadi, pasti langsung memberikan kunci serap dan Ia bisa masuk kerumah ini. Ify mendesah kasar ! Ya Tuhan ? Sebegitu sulitkah dirinya untuk mencapai kata Aman sekarang ? Semenjak Ia merantau ke kota ini ? Bukan bertambah lebih baik malah membawa keburukan ?. Ify cukup ingat bagaimana nekat dan usaha lelaki itu untuk mendapatkan sesuatu. Ify masih mengingat itu begitu jelas dari sifat lelaki yang pernah menjadi pujaan hatinya. Yah lelaki itu adalah (Zariel Ltuno) mantan kekasihnya. 


"Aku tidak ingin berhungungan lagi dengannya, besok aku akan mengundurkan diri." Gumam Ify mantap 


********* 


-Argario Tersaa- Lelaki ini masih saja melamun, mengingat kejadian tadi sore. Kejadian untuk yang kedua kali yang sebenarnya membuat Ia berdecak takjub saat berhadapan dengan Perempuan mungil itu. Dimana, Clara putrinya seketika menghentikan aksi menagisnya dan berganti menjadi sebuah tawa yang begitu menggemaskan hanya karena Perempuan itu tiba-tiba saja menggendong Clara dengan lembut sampai tertidur kembali. 


----------- 


Pelayan kembali datang menemui Rio, membuat keduanya menoleh kearah Pintu. "Tuan, Nona Clara muntah-muntah dan kembali menangis." 


Rio membelalakkan matanya, langsung menuju kearah lantai atas tempat dimana Clara. "Tunggu, aku ikut." Cegah Ify dan hanya direspon oleh Rio dengan anggukan. 


Setelah mereka sampai diruangan Clara, Tangisan itu begitu nyaring sekali. Lagi-lagi Rio membuat jarak 1 meter dari Clara, Ify tidak lagi memperdulikan dengan orang-orang sekitarnya. Ia melangkah pelan kearah Clara yang menangis begitu kencang lalu menggendongnya, "Hey, kau kenapa sayang ? lihatlah aku disini. " Suara Ify begitu lembut, seketika Clara menatap Ify lama dan tangisnya pun reda berganti dengan aksinya tertawa dan membuat gemas. 

Rio hanya diam mematung saat Ify dan Clara tengah bercanda. Senyumnya tiba-tiba saja mengembang saat melihat Clara yang tengah asyik tertawa karena lelucon wajah yang Ify buat. Rio tertegun dan teringat akan sesuatu, bukankah Clara tidak menyukai orang yang baru ia kenal ? Tapi kenapa sekarang Ify bisa meluluhkan Clara dan seketika putrinya itu diam ? Dengan para pelayannya pun Clara bisa saja menangis dan tidak mau sekali digendong oleh mereka, padahal sudah semenjak Clara lahir para pelayannya itu sudah ia siapkan. 

Rio kembali menerawang akan Ibu Clara.... Kembali Ia tepis pikiran itu dan berkonsentrasi penuh kearah ify dan Clara yang sekarang Dokter Khusus Clara telah ada disana. Hey ? Jadi sejak tadi ia tidak sadar kalau sudah ada dokter yang datang ? Karena begitu asyik dengan pikirannya sendiri. Ya Tuhan... 

Dokter telah selesai memeriksa Clara karena kata Pelayannya tadi, Sebelumnya Clara sempat muntah-muntah. Dokter menghampiri Rio, Ify kembali bermain dengan Clara. 

"Bagaimana dengan Putri saya dok ? Apakah dia mempunyai penyakit serius ?." Rio langsung bertanya dengan nada khawatir, Dokter tersenyum. "Tuan Argario, tenanglah." Dokter menghembuskan nafasnya pelan 

"Nona Clara hanya mengalami Fase menuju pertumbuhan, mangkanya ia terus menangis seperti itu. Setiap bayi pasti akan mengalami ini bahkan sampai demam." Rio seketika cemas dengan kata 'Demam'. 

Dokter melihat betul kecemasan Rio. "Aku sudah bilang Tuan Rio, ini memang Fase yang harus dijalani seorang bayi. Bakteri didalam tubuhnya berperang hebat dengan sel darahnya. Jika Ia demam itu malahan bagus akan perkembangannya," Jelas sang dokter tetap tersenyum, sedangkan Rio menatap nanar kearah anaknya. Jika sampai itu terjadi ? Pasti Clara akan terus menangis dan membuat tenggorokann putrinya itu pasti akan sakit dan perih karena terus menangis bukan ? 

Tapi disisi lain, Clara harus menjalani Fase ini seperti bayi-bayi pada umumnya. "Terima Kasih Dok." Ucap Rio kemudian dan dokter pun langsung pamit untuk pulang. 

Rio kembali menatap Ify dan Clara masih dalam jarak yang sama. Lalu Ify turun dari kasur Clara dengan gerakan pelan membuat Rio mengernyitkan dahinya. 

"Apa yang kau....," 


"Ssssttttt," Ify memberi aba-aba pada Rio untuk tidak bersuara, Rio pun seketika bungkam dan terus memperhatikan gerak-gerik Ify yang kini menyelimuti Clara. "Dia tidur, jadi kau jangan berisik." Lanjut Ify 


Ify melangkah pelan kearah Rio, lalu menarik lengan lelaki itu seperti menyeretnya untuk keluar. Setelah diluar Ify melepaskannya kemudian berkacak pinggang dan menatap tajam tepat ke Manik mata Rio. 

"Aku heran dengan mu. Dia itu Putri mu bukan." Ucapan Ify seperti pernyataan bukan sebagai pertanyaan, lalu Ia membuang muka dan kemudian kembali menatap Rio. "Tapi kenapa sejak pertama kali bertemu dengan mu saat itu dan ini untuk kedua kalinya, bahwa kau sama sekali tidak ingin mendekat pada Clara." Ify mendengus kesal 


"Kau Ayah seperti apa sebenarnya, Hah ?." Rio mengepalkan jemarinya kuat menahan amarah. "Dan kenapa bisa-bisanya kau membawa anak mu dilingkungan kerja seperti ini ? Kenapa kau tidak menyuruh Istri mu saja yang menjaga Clara dirumah ? Bukan dilingkungan seperti ini." Ify menjadi emosi juga, setelah melihat kelakuan Ayah semacam Pria dihadapannya ini. Ternyata Ify perlu meyakini kembali ucapannya kalau Lelaki ini memanglah Ayah Gila dan Aneh !. Dan... Oh ya ? Ibu ? Ibu Clara dimana ? Sampai-sampai Clara harus ditempatkan dilingkungan kerja seperti ini ? Terlalu membahayakan walaupun dengan keamanan yang ekstra. Tetap saja ! Ini bukanlah lingkungan yang pantas untuk seorang bayi. 

Kembali Ify melirik kearah Rio, merasa pertanyaannya tidak dijawab. "Dimana Ibu Clara ?." 

"Kau tidak perlu tahu itu, hari sudah larut. Sebaiknya kau pulang." Ify menatap tajam, tanpa banyak waktu Ia pun langsung melangkahkan kakinya. "Permisi." Ucap Ify kemudian. 


Rio menghembuskan nafasnya kasar. Apa tadi Gadis itu tanyakan ? Ibu Clara berada dimana ? Rio tersenyum miris lalu melirik kearah cincin emas putih yang elegan melingkar tegas pada jemarinya. 

"Aku mencintaimu." Gumam Rio seraya mengecup lembut cincin itu. 

---------- 

Kejadian kemarin malam berputar diotaknya, lalu tersenyum miris saat Ia ingat mengecup cincin emas putih miliknya. Dan sekarang cincin itu kini Ia pegang. "Aku mencintai mu, tunggu aku." Ucapnya kemudian lalu memasang kembali cincinya. 

Ia pun melangkah pelan menuju kamar Clara yang bersebelahan dengan kamarnya, Clara tertidur begitu pilas sekali dengan jempol yang berada didalam mulutnya. "Kau menggemaskan seperti Ibu mu sayang." Kembali Rio melangkah ke kamarnya untuk pergi tidur. 


******* 


Zariel langsung merobek kertas yang sejak tadi dibacanya, dirobeknya kasar kertas itu menjadi berkeping-keping. 

"Stefy Missel Alyssa ! Kau tidak akan pernah pergi kemana-mana sayang. Karena aku yang akan membawa kembali kesini," Ucap Iyel penuh kemarahan. Kertas yang baru saja Ia robek tadi adalah sebuah surat pengunduran diri sebagai calon pegawai. Yah ! Ify mengundurkan diri sebagai calon pegawai diperusahaannya. Membuat Iyel langsung naik darah, bagaimana tidak ? Perempuan itu seperti menantang Zariel saja jika seperti ini. 

Zariel langsung keluar dari kantornya, sebelumnya Ia berpesan kepada Sekretarisnya untuk menghandle semua pekerjaan selama Ia tidak ada di kantor. Zariel menggas mobilnya tidak sabaran untuk menuju sebuah tempat, tapi bukanlah ke rumah Ify. 

Setelah sampai, Ia langsung masuk begitu saja ke kantor tersebut. 

"Tuan, mohon maafkan saya. Bisakah tuan menunggu sebentar disini. Selama saya menghubungi Tuan Argario." Iyel menatap tajam kearah sekretaris Rio, lalu tersenyum sinis dan tidak mengabaikan atas penjelasan sekretaris itu. Ia malah mendorong kasar agar bisa membuka pintu sang pemimpin perusahaan ini -Argario Tersaa-. 

Ia membuka pintu itu kasar, sempat membuat Rio melirik santai kearah sosok yang berada diambang pintu yang kini menatapnya dengan penuh kemarahan juga kebencian. Rio tahu sosok itu pasti akan menemuinya dan tidak akan ada yang bisa menahannya apalagi hanya seorang satpam atau pegawai kantornya. Rio tahu akan kehebohan beberapa menit lalu yang dibuat oleh lelaki itu saat menghajar satpam kantornya. Ia melihat itu semua pada CCTV. 


"Aku tidak menyangka kau datang diwaktu ku yang sibuk." Ucap Rio santai. Iyel mengetatkan rahangnya menahan amarah, "Dan kau mengacaukan kantor ku sepagi ini ? Sungguh tamu terhormat Zariel." Tutur Rio tajam, baru dua langkah Iyel melangkah. Ia dihadang langsung oleh 4 orang bertubuh besar dan kekar. "Lepaskan aku." Teriak Iyel marah karena kedua lengannya kini telah sempurna terkunci oleh ke 4 orang bertubuh besar itu yang selalu menampakkan ekspresi tanpa senyuman. 

"Aku bisa saja melawan mu tanpa orang suruhan ku ini, tapi aku tidak ingin pagi ku kotor harus membuat mu terkapar dilantai ruangan ku yang bersih ini. Dan seketika kotor oleh darah mu yang tidak termaafkan." Ucap Rio penuh kemarahan, sama halnya dengan tatapan marah Zariel. 

"DIA MILIK KU !!." Teriak Zariel penuh penekanan, Rio tersenyum sinis matanya kemudia menyipit. "Mimpi !." Balas Rio lalu berbalik. 

"Bawa dia keluar dari ruangan ku." Perintah Rio, dan keempat orang itu langsung menurut. 

"AKU AKAN MENGAMBILNYA RIO ! KAU DENGAR ITU." Teriak Zariel kalap disela-sela ingin melepaskan diri dari ke 4 orang bertubuh besar itu. Rio lalu memejamkan matanya, "itu tidak akan pernah terjadi ! Tidak akan." 


********** 


-Stefy Missel Alyssa- Berulang kali Ia mendesah pelan dirumahnya, perutnya begitu keroncongan. Sudah saatnya memang Ia untuk makan, apalagi sejak kemarin Ia belum memakan apapun. Tapi Ia harus menahan laparnya itu sampai Jam 2 siang, karena tidak mungkin Ia makan malam juga. Itu hanya akan membuat uangnya habis cepat, apalagi Ia tidak mempunyai pekerjaan sekarang. 

"Sabar, kau akan terisi penuh saat jam 2 siang nanti. Jadi, berhentilah untuk mengomel." Ucap Ify seperti orang yang tidak normal karena lawan bicaranya adalah perutnya sendiri. 

Pintu rumah pun diketuk, membuat Ify waspada. Melangkah pelan menuju pintu untuk membuka, takut-takut itu adalah Iyel. Tapi tidak mungkin, ini kan jam kerja. Dengan keberanian dia pun membukanya, lalu terdiam mematung seketika dia membisu. 

"Orang-orang suruhan ku akan mengepak semua pakaian mu, dan sekarang kau ikut dengan ku." Kalimat itu seperti perintah dan membuat Ify tersihir seketika, tanpa sadar Ia tidak berontak saat tangannya digenggam lembut dan digiring ke sebuah mobil mewah menuju ke suatu tempat. 
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Frisca Ardayani Book's - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger